Semarang - KeSEMaTONLINE. Pagi itu, 6 Agustus 2009, kami bangun Subuh. Kami harus segera mempersiapkan diri, karena pada pukul 07.00 WIB, kami sudah harus sampai di Jepara, untuk menemui para siswa/siswi sebuah SDN, di sana. Setelah mandi dan berbenah diri, serta mempersiapkan bahan presentasi dan Herbarium Mangrove (HM), dari Kantor KeSEMaT, tepat pukul 05.00 WIB, kami sudah berkendara di jalan raya, menembus dinginnya embun dan tebalnya kabut pagi. Tujuan kami satu, hanya untuk memberikan pengajaran mangrove kepada murid-murid SD, di sebuah desa bernama Teluk Awur. Lihatlah, foto di atas ini. Sesampai di Jepara, yang berjarak kurang lebih dua jam dari Kantor KeSEMaT Semarang, kami segera memasuki ruang kelas dan menyapa para siswa/siswi SDN Teluk Awur. Sebelumnya, kami membagikan sebuah kuesioner yang akan membantu kami dalam penyusunan data mengenai daya serap mereka terhadap pengajaran yang akan kami berikan. Dan, beberapa menit kemudian, pengajaran mangrove dimulai. Kami memasang sebuah layar putih nan sederhana di depan kelas, sembari menyorotkan presentasi mangrove kami dari LCD ke layar itu. Satu persatu slide mangrove kami buka, sambil menerangkan artinya kepada mereka. Berbagai jenis mangrove, dimana habitat mangrove, ciri-ciri mangrove, perusakan mangrove, teknik rehabilitasi mangrove dan lain-lain adalah beberapa materi yang kami berikan kepada mereka, tentu saja dengan gaya bahasa yang kami sesuaikan dengan usia, mereka. Tak hanya samapai di situ saja. Untuk tak membuat pengajaran mangrove menjadi membosankan, kami juga meminta peran serta adik-adik kami itu, dengan cara membagikan HM dan meminta mereka untuk maju ke depan kelas, sembari menanyakan ulasan materi mangrove yang telah kami sampaikan. Sebuah pertanyaan, “Adik-adik, sekarang Mas mau tanya, nih. Tipe akar mangrove ada berapa macam, hayooo..!,” sengaja kami pancingkan ke mereka yang segera disambut dengan antusiasme mereka dalam memberikan jawabannya. Hasil dari pengajaran kami di hari itu, tidak sia-sia. Para murid SDN Teluk Awur, ternyata memiliki daya serap yang lumayan cepat. Walaupun masih belum begitu mengetahui tentang nama-nama jenis mangrove yang ada di sekitar desanya, namun dengan bantuan HM dan wisata ke MECoK, di keesokan harinya, kami yakin bahwa mereka akan cepat menghapal nama-nama mangrove, yang kami ajarkan itu. Di akhir pengajaran, Sdr. Ika selaku Manajer Program Danamon Young Leaders Award (DYLA) 2009 dengan programnya “Save Our Mangroves: Penyuluhan dan Kunjungan Lapangan ke Ekosistem Mangrove,” memberikan kenang-kenangan kepada kami berupa jam dinding dan plakat yang cantik, sebagai bentuk rasa terima kasihnya kepada kami, karena telah membantu dia dalam mengimplementasikan program mangrovenya. Salam MANGROVER! Sumber : KeSEMaTONLINE
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H