Mohon tunggu...
kesatria sughani
kesatria sughani Mohon Tunggu... Guru - Guru, Penulis, Desainer, Ilustrator, freethinker

Lahir di Jakarta, 16 April 1984. gemar membaca, menulis, dan menggambar. Pernah menjabat sebagai Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum di SMK Broadcast Ghama Caraka Depok dan telah mendapatkan sertifikasi sebagai pendidik oleh Kementrian Pendidikan Republik Indonesia untuk materi ajar Bahasa Indonesia. Gemar Seni, filsafat, dunia pendidikan, dan banyak lagi yang lainnya. Sekarang telah menjadi ASN dan bertugas di SMA Negeri 1 Depok sebagai Guru.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bolehkah Memarahi Anak?

15 Januari 2021   14:17 Diperbarui: 15 Januari 2021   19:27 882
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam berbagai pelatihan Parenting, pada umumnya kita dilarang untuk memarahi anak. Katanya apabila kita memarahi anak, maka ada sel-sel syaraf yang berhenti seketika. Atau katanya marah pada anak akan membuat anak menjadi pemarah atau tidak berkembang sesuai seharusnya Dan beragam efek negatif lainnya. Akhirnya, muncul para pendidik-pendidik atau orang tua yang lemah lembut, yang benar-benar tidak marah dalam mendidik anak.  

Lalu, apakah dengan demikian kita tidak boleh memarahi anak?

Jika kita memperhatikan bagaimana cara kerja sistem imunitas tubuh kita, maka kita akan menemukan, bahwa setiap kali tubuh terserang sesuatu yang berbahaya seperti kuman, bakteri, dan virus, maka tubuh yang sudah terinfeksi akan menjadi panas. Berbagai anti body diaktifkan dan kadang membuat kita tidak nyaman. Hal itu dalam rangka memberi semacam alarm atau peringatan kepada kita untuk segera berobat atau istirahat. ibarat sistem imunitas kita memaksa kita untuk melakukan upaya pengobatan. Apabila kita cuek, maka tubuh akan semakin sakit. Bahkan jika kemudian kita minum obat penghilang rasa sakit, justru setelah efek obat itu hilang, tubuh kita jadi berkali-kali lebih sakit.

Sistem imunitas yang dalam bahaya akan mengingatkan kita. semakin kita tidak peduli, maka semakin keras imunitas akan memaksa kita. dalam beberapa kasus, jika sudah hampir di ambang kematian, sistem imun akan membuat tubuh kita menggigil hebat. 

Dalam upaya menasihati anak, pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan cara imun menasihati kita sebagai pemegang kontrol. Kadang, untuk kesalahan kesalahan ringan, kita tidak perlu hingga melotot. Namun ketika anak kita melakukan kesalahan yang berbahaya tentu kita perlu menatapnya tajam. Bahkan kalau perlu, ketika anak melakukan kesalahan besar, kita perlu membentaknya, atau mungkin memukulnya. Tentu bukan seperti memukul musuh dalam perang. Memukul anak hendaknya dengan perhitungan yang tidak membahayakan. 

kita sebagai orang tua seperti sistem imun bagi anak-anak kita. Apabila ada hal berbahaya bagi anak, maka kita perlu memberikan alarm. berawal dari nasihat ringan, hingga kemarahan. Marah justru membuat anak yang sulit fokus menjadi cepat fokus. Marah menjadikan nasihat kita lebih dianggap serius oleh anak. marah juga memberikan informasi bahwa kesalahan yang anak lakukan sangatlah besar Dan harus segera diperbaiki agar tidak membahayakan di masa yang akan datang.

Jika dalam kondisi yang dibutuhkan, anak tidak menerima kemarahan, maka justru ditakutkan akan memunculkan anak-anak yang kurang peka, cenderung bebas, dan yang paling dikhawatirkan adalah kurang kuat secara mental. Mudah putus asa dan tidak kuat berada di bawah tekanan. generasi kita jadi lembek. 

Namun seperti yang dicontohkan sistem imun kepada kita, bahwa marah hanya digunakan untuk konteks atau situasi yang tepat. dan berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan agar marah yang  ingin kita lakukan dapat memiliki nilai manfaat:

Pertama, bahwa orang tua harus benar-benar menyayangi anak sebelum dia marah. Bahwa keseharian orang tua dengan anak harus harmonis, hangat, dan penuh kebahagiaan. Orang tua harus adil untuk memberikan apresiasi setiap kali anak menunjukkan hal baik. Ciuman dan pelukan juga sangat diwajibkan. aktivitas-aktivitas kasih sayang ini tentu akan membuat anak memahami bahwa orang tuanya sangat sayang kepadanya. Kebanyakan orang tua lupa akan hal penting ini. keseharian tidak pernah menjalin kasih sayang dengan anak, tapi setiap ketemu hanya marah-marah. Anak tidak akan menangkap marah orang tua seperti itu sebagai marah karena sayang, melainkan karena benci. Jika pada umumnya orang tua penuh kasih sayang, namun ketika anak melakukan kesalahan fatal orang tua marah, maka secara sadar atau tidak, anak memandang bahwa marah orang tua karena ia khawatir.

Kedua, marahlah pada saat seharusnya. Marah itu harus pada kondisi yang memang harus marah seperti jika anak melakukan kesalahan fatal atau kesalahan fatal yang sebenarnya sudah diberi peringatan  berkali-kali sebelumnya. Kalau kita marah bukan pada waktunya,  akan menjadi petaka. Masalah kecil marah, bahkan terkadang anak tidak melakukan kesalahan, orang tua sudah marah-marah. Masalah kerja dibawa-bawa ke rumah, sehingga apapun yang dilakukan anak jadi menyebalkan. Anak jadi merasa tidak disayangi. Anak menjadi penakut dan bingung harus hidup seperti apa. hal ini akan menciptakan neraka bagi anak dan menimbulkan beragam efek negatif marah yang sering dibahas banyak psikolog.

Mungkin bagian ini yang sulit bagi sebagian orang tua. Yaitu pengendalian diri. Sebagai orang tua, kita memang harus memiliki kemampuan mengendalikan emosi. kita wajib memiliki kemampuan untuk mengontrol amarah sehingga kondisi buruk apapun, kita dapat mengutamakan nasihat ringan atau tindakan yang belum sampai kepada marah. Ketika anak sudah sangat parah sikapnya, seperti tidak sadar-sadar bahwa yang dilakukannya adalah suatu kesalahan yang dapat membahayakan dirinya, maka teerkadang kita perlu marah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun