Mohon tunggu...
Tris Sugiarto
Tris Sugiarto Mohon Tunggu... Administrasi - ASN Sekretariat Presiden

cuma sekedar jongos istana yang pengem melek dunia. mudah-mudahan bisa memberikan manfaat pada dunia. ...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Panti Jompo dan Komentar Anakku

4 September 2011   04:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:15 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kamar ini sungguh bau. Entah kata apa yang tepat untuk dapat memberikan gambaran yang tepat untuk bau seperti ini. Pesing, pengap, lembab, amis, segala macam bau tercampur sudah. Aku terpasung di kamar ini. Beruntung mbah Rois dan mbah Parno, teman sekamarku, masih bisa keluar melihat matahari.

Ini tahun kelima aku terdampar di panti jompo sialan ini. Sama sialannya buat setan yang menghilangkan hati nurani anak kesayanganku. Tepat usiaku 70 tahun, panti sialan ini menjadi penjara bagiku.

Oh ya, anda tahu, berapa kali anak kesayanganku itu menjengukku di panti sialan ini? Dua kali saja. Pertama kali, sebulan setelah aku merasakan penderitaan jiwa berada di panti. Dia membawa makanan khusus untuk orang jompo peyot seperti aku. Dikiranya aku senang, padahal dalam hatiku teruntai doa untuk melaknat anak seperti itu, untungnya doa itu tak terucap walau dalam lirih.

Kali kedua kemarin. Itupun karena kata berita yang entah dia melihat atau membaca media mana, yang mengabarkan panti jompo sialan ini begitu memprihatinkan. Hey, aku mendengar komentar anak kesayanganku tentang panti ini. Dia menyalahkan pengelola panti yang tidak bertanggung jawab. Menyalahkan pemerintah yang tak memperhatikan nasib panti jompo dan penghuninya. Menyesalkan mengapa hal ini bisa terjadi. Hhhmmmm.... sebatas itu saja. Tak ku dengar dia mengeluarkan seratus perak untuk menyumbang panti ini.

Huh... entah aku harus mengatakan apa lagi. Apakah aku harus menuliskan cerita tentang bagaimana dia dilahirkan dari rahim almarhum istriku?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun