Mohon tunggu...
Kesa Ardila Pramesti
Kesa Ardila Pramesti Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

seorang mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengentaskan Kemiskinan Global: Peran Mahasiswa Hi dalam Mewujudkan Sdg's 2030

14 November 2024   21:37 Diperbarui: 14 November 2024   21:49 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sustainable Development Goals (SDG's) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan merupakan agenda global yang telah diterapkan oleh Perikatan Bangsa-Bangsa (PBB) guna mencapai dunia yang jauh lebih baik lagi pada tahun 2030. Salah satu tujuan fundamental dari SDG's ialah mengentaskan kemiskinan, yang menjadi fondasi bagi tercapainya tujuan-tujuan pembangunan berkelanjutan lainnya. Dalam konteks hubungan internasional, kemiskinan bukan hanya terdapat di masalah domestic suatu negara saja, melainkan terdapat pada tantangan global yang memerlukan kerja sama dan koordinasi antar negara. Kemiskinan global merupakan isu kompleks yang berkaitan dengaan segala aspek di hubungan internasional, seperti perdagangan internasional, bantuan luar negeri, dan diplomasi ekonomi. Negara-negara berkembang sering kali menghadapi kendala terhadap sistem ekonomi global yang cenderung menguntungkan negara-negara maju. Kesenjangan ini semakin parah dirasakan ketika sedang berlangsungnya krisis global seperti pandemic COVID-19 dan perubahan iklim, yang memberikan dampak tidak proposional kepada masyarakat miskin.

Dari perspektif hubungan internasional, pengentasan akan angka kemiskinan memerlukan pendekatan multilateral yang melibatkan berbagai actor, baik negara maupun non-negara, dan juga organisasi internasional seperti World Bank dan International Monetary Fund (IMF), memiliki peran penting sebagai penyedia bantuan secara finansial dan technical assistance. Di samping itu, organisasi non-pemerintah (NGO) internasional ikut serta membantu melalui program-program pemberdayaann masyarakat dan advokasi pro-poor. Sebagai mahasiswa hubungan internasional, terdapat berbagai peran strategis yang dapat diambil untuk mendukung pencapaian SDG's, khususnya dalam tema kita yaitu pengentasan kemiskinan. Pertama, mahasiswa dapat menjadi peneliti dan pengkaji isu-isu kemiskinan global. Melalui penelitian akademis, mahasiswa dapat menganalisis efektivitas kebijakan pengentasan kemiskinan di berbagai negara, mengidentifikasi praktik terbaik, dan merumuskan rekomendasi kebijakan yang relevan.

Kedua, mehasiswa dapat berperan sebagai aktivis dan advocate untuk kebijakan pro-poor di tingkat nasional maupun internasional. Dengan memanfaatkan pemahaman mendalam tentang sistem internasional dan keterampilan akan diplomasi, mahasiswa dapt ikut terlibat dalam gerakan sosial dan kampanye advokasi yang mendorong pengambilan kebijakan yang berpihak pada pengentasan kemiskinan. Ketiga, mahasiswa juga dapat mengembangkan inovasi sosial dan proyek pemberdayaan masyarakat. Dengan melalui pendekatan bottom up, mahasiswa dapat merancang dan mengimplementasikan program-program pengentasan kemiskinan berbasis komunitas yang mempertimbangkan konteks lokal sekaligus mengadopsi praktik terbaik dalam kancah global. Menjelang tahun 2030, peran mahasiswa hubungan internasional menjadi krusial dalam mendukung pencapaian SDG's dengan beberapa langkah konkret yang dapat dilakukan dalam waktu lima tahun kedepan, yaitu: membentuk kelompok studi atau research center fokus SDG's di kampus, menginisiasi program pertukaran pengetahuan dan pengalaman dengan mahasiiswa negara lain, serta membangun jejaring dengan organisasi internasional dan NGO yang bekerja dalam isu pengentasan kemiskinan.

Selain itu,mahasiswa juga dapat memanfaatkan platform digital untuk menyebarluaskan kesadaran tentang SDG's agar masyarakat luas dapat mengetahui maksud dan tujuan dari SDG's secara luas dan masyarakat dapat mengetahui keberlanjutan program yang akan dilakukan maupun program yang telah tercapai. Di samping itu, mahasiswa juga ikut mengorganisir aksi kolektif dalam penyampaiannya di media sosial. Media sosial dan teknologi digital membuka peluang bagi mahasiswa untuk membangun gerakan global yang mendorong perubahan sistematik dalam upaya pengentasan kemiskinan. Dengan memadukan pengetahuan teoritis dan aksi nyata di lapangan, mahasiswa dapat berkontribusi signifikan dalam mewujudakan dunia tanpa kemiskinan sesuai target SDG's 2030. Momentum dalam kurun waktu 5 tahun kedepan ini harus dimanfaatkan secara optimal untuk mengakselerasi pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan melalui kolaborasi lintas batas dan inovasi sosial berdampak kedepannnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun