Mohon tunggu...
imam maulana
imam maulana Mohon Tunggu... -

Saya hanya seorang penggali.. penggali apa saja. Jika ada lubang yg menarik, saya gali, kadang2 sampai gila.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tugce Albayrak, Rachael Jacobs, dan Islamophobia

2 Februari 2015   07:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:58 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

1.

Tugce Albayrak, seorang warga Jerman berdarah Turki dan beragama Islam, tidak pernah membayangkan dirinya akan akan dikuntit dan dipukuli para pria yg dilawannya ketika mereka hendak melakukan pelecehan seksual terhadap 2 perempuan di sebuah toilet sebuah resto pramusaji di kota Offenbach, dekat kota Frankfurt, Jerman. Pukulan mematikan membuat dirinya mengalami koma. Ia dilarikan ke rumah sakit dlm kondisi mengenaskan. Itu terjadi pada pertengahan bulan November tahun ini. Namun pd tgl 28 November, tepat di hari ulang tahunnya yg ke-23, ibunya akhirnya harus rela melepas alat medis penopang hidupnya. Takdir tak dpt dihindari. Warga Jerman yg mengikuti perkembangan kejadian itu berkabung. Ribuan orang menangisinya ketika ia dimakamkan. Mereka dg berbagai latar belakang agama dan keyakinan turut mendoakannya dg tulus.

2.

Pada sebuah perjalanan di sebuah kereta api di Australia, Rachael Jacobs diam-diam memperhatikan seorang gadis muslim yg dg tangan gemetar melepas jilbabnya tak lama setelah peristiwa penyanderaan warga Australia di sebuah toko oleh seorang imigran Iran yg mengaku bagian dr organisasi ISIS, sebuah organisasi pecahan al Qaeda yg tengah melakukan operasi-operasi militer yg brutal di Irak dan Suriah. Jacobs segera menghampiri gadis ini dan menganjurkannya utk tdk melepas jilbabnya. "Jangan takut. I'll ride with you," kata Jacobs.

3.

Tugce Albayrak dan Rachael Jacobs bukanlah tokoh atau aktivis kemanusiaan, bukan pula pengikut suatu komunitas keagamaan/keyakinan tertentu yg sedang bertugas mengabarkan kebenaran ajarannya. Busana yg dikenakan Tugce, sbg perempuan muslim, tidaklah sesuai dg ketentuan syariat pd umumnya. Ia gadis gaul. Bajunya kaus bertangan pendek dan kepalanya mengenakan kupluk. Ia mungkin "hanya" jengah dg pelecehan seksual yg terjadi di hadapannya dan tergerak utk menghentikannya. Namun tindakannya bisa jadi yg membuat perdana menteri Jerman, kanselir Angela Merkel, menyatakan bahwa tidak ada tempat bagi kelompok-kelompok islamophobia di negaranya. Jacobs adalah seorang bule, warga Australia biasa, yg iba dg kecemasan gadis muslim di hadapannya hingga ia menjamin dirinya akan melindungi gadis selama perjalanan. Jaminan warga Australia ini segera mendapat respon simpatik di seluruh dunia ketika ia menceritakannya di media sosial. Warga Australia lainnya menawarkan bantuan #illridewithyou serupa jika ada muslim di Australia kuatir dg teror kaum islamophobia yg hendak membalas aksi penyanderaan itu. Masyarakat di negara-negara yg berbeda menawarkan hal serupa jika itu terjadi di negaranya.

4.

Kedua kisah di penghujung tahun ini terjadi di dua negara sekuler dan bagian dr rejim barat yg dianggap memiliki pandangan sepihak atas dunia timur dan gemar menjajah dlm segala bentuk penjajahannya, baik scr halus maupun kasar. Namun kemanusiaan dan spiritual adalah soal privat dan fitrah manusia, mampu menembus batasan-batasan doktrin, formalisasi dan materialisasi ideologi agama atau pengaruh-pengaruh kuasa lainnya. Kemanusiaan dan spiritual memiliki kehendak bebas. Saya sedang berprasangka baik bahwa masyarakat "bule" ini tengah merehabilitasi pola sikap dan acuannya ketika mereka memandang dunia liyan, masyarakat yg "bukan seperti kita" yg seringkali merepotkannya lewat berbagai aksi teror. Mereka tengah berusaha utk memisahkan persoalan2 kekuasaan rejim yg besar, keras dan penuh intrik lalu bergerak dari sisi kemanusiaan dan spiritual yg sabar dan elok.

5.

Tak lama berselang setelah dua kisah di atas, di belahan timur, tiba-tiba dunia dikejutkan oleh serangan brutal kelompok Taliban ke sebuah sekolah di Pakistan. Mereka memberondongkan pelurunya ke arah para siswa remaja dan guru yg tengah melaksanakan ujian. Korban, yg bukan militer ini, berjatuhan. 150 lebih siswa, guru dan staf sekolah tewas. Dan dalam waktu yg berdekatan sebuah bom mobil menabrak bus sekolah serta menewaskan 5 siswa yg berada di dalamnya. Tapi tragedi-tragedi itu katanya biasa berlangsung di negara-negara timur ini. Manusia-manusia berbahan bakar doktrin agama bergerak kian tak terarah. Mereka membakar apapun dan siapapun yg menghalangi perjuangannya, termasuk kepada saudaranya juga.

Catatan:

Tulisan ini dibuat menjelang akhir tahun 2014 (20/12/2014), tak lama setelah kelompok Taliban menyerang sebuah sekolah di Pakistan. Awal tahun 2015, situasi ternyata situasi di Barat dan Timur ternyata makin memanas. Dua orang imigran menyerang kantor redaksi tabloid satire "Charlie Hebdo" di Perancis dan menewaskan 9 orang stafnya, termasuk para kartunis. Jaringan al-Qaeda bertanggung jawab atad serangan ini. Kelompok-kelompok jihadis brutal seperti ISIS dan Boko Haram mengucapkan selamat kpd 2 penyerang ini. Serangan ini terkait dg gambar-gambar karikatur dalam tabloid itu yg dianggap menghina Islam dan Nabi Muhammad. Padahal bukan cuma Islam, agama dan tokoh-tokoh lain pun sering diolok-olok oleh tabloid "Charlie Hebdo".

Serangan ini mengikis kembali harapan saya dlm tulisan di atas bahwa manusia Barat sedang mulai "merehabilitasi" pandangannya ttg Islam dan berupaya utk memisahkan agama dan aksi terorisme. Sementara di pihak lain, kelompok-kelompok jihadis yg brutal itu --entah diciptakan oleh siapa --malah makin menegaskan pergerakan Islamophobia di Barat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun