Mohon tunggu...
Kertas Putih Kastrat (KPK)
Kertas Putih Kastrat (KPK) Mohon Tunggu... Dokter - Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM IKM FKUI 2022

Kumpulan intisari berita aktual // Ditulis oleh Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM IKM FKUI 2022 // Narahubung: Jansen (ID line: jansenjayadi)

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Sebuah Fenomena: Depresi

18 Juni 2017   17:00 Diperbarui: 18 Juni 2017   17:16 723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: huffingtonpost.com

Kurang lebih satu bulan yang lalu, dunia akademik digegerkan dengan berita meninggalnya salah satu dosen muda Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB), SU. Kematian beliau tetap menjadi misteri hingga jasadnya ditemukan di Waduk Cirata, Cianjur dengan kondisi yang tidak mengarah sama sekali ke pembunuhan atau tindak pidana lain, melainkan karena bunuh diri. Psikolog klinis dari Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran mengungkapkan bahwa salah satu kemungkinan penyebab bunuh diri ialah karena depresi.

Depresi merupakan salah satu gangguan jiwa yang paling umum ditemukan. Di seluruh dunia, tercatat 300 juta manusia mengidap depresi. Secara global, angka ini telah naik sekitar 18 persen sejak 2005, menunjukkan bahwa belum banyak masyarakat yang kenal dengan depresi dan tahu cara untuk menangani depresi. Di Indonesia sendiri, kondisi penanganan depresi masih jauh dari kata ideal. Hanya 8 persen dari orang dengan gangguan depresi di Indonesia yang mampu terlayani oleh layanan kesehatan. 92% lainnya, tidak mendapatkan pelayanan yang layak atau bahkan telah berujung ke berbagai komplikasi, salah satunya adalah bunuh diri.

Depresi dicirikan dengan perubahan perasaan, pikiran, dan perilaku. Pasien depresi biasanya ditemukan dengan kondisi seperti kehilangan energi, perubahan nafsu makan, kelebihan atau kekurangan waktu tidur, cemas, sulit berkonsentrasi, perasaan bersalah atau tidak berguna, perasaan tidak ada harapan, dan pikiran untuk melukai diri sendiri bahkan bunuh diri. Seperti pada kasus bunuh dirinya dosen  SBM ITB tempo hari, beliau nampak memunculkan gejala-gejala yang mirip dengan depresi. Beliau nampak seperti orang yang tertekan dan bolak-balik di rest area Citarum tanpa tujuan yang jelas. Beberapa warga yang mengajak beliau berbicara bersaksi bahwa beliau seperti tidak fokus dan sulit berkonsentasi. Dari gejala-gejala tersebut, dugaan sangat kuat memang mengarah bahwa depresi merupakan penyebab dari bunuh diri yang dilakukan oleh dosen tersebut.

Pada dasarnya, depresi merupakan sebuah gangguan kejiwaan yang dapat disembuhkan. Terdapat berbagai macam upaya yang dapat diusahakan untuk mengatasi depresi. Salah satunya penanganan depresi yang palling efektif adalah dengan terapi bicara. Tahun ini, World Health Organization (WHO) mengusung tema Depression: Let's Talk dalam Hari Kesehatan Sedunia yang telah berlangsung pada 7 April 2017 silam untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan depresi serta salah satu metode penanganannya yakni cara berbicara ke orang lain. 

Orang dengan depresi seringkali merasa tertekan karena sedang dilanda berbagai masalah. Dengan bercerita, diharapkan beban tersebut dapat berkurang karena merasa dibantu dan didukung oleh kerabat terdekat. Selain dengan terapi bicara, bantuan professional seperti psikater atau psikolog juga dibutuhkan untuk membantu pasien dengan depresi. Bantuan mereka bisa meringankan beban yang diderita oleh korban dengan cara yang sama seperti terapi bicara.         

Selain ditangani, depresi juga dapat dicegah dengan berbagai cara, seperti menjaga hubungan baik dengan keluarga serta teman, melakukan aktivitas yang digemari agar dapat mengkondusifkan suasana hati, dan menerima dengan ikhlas berbagai kondisi yang menimpa kita. Apabila depresi yang dirasakan telah memunculkan pikiran-pikiran buruk, seperti ingin bunuh diri, segera hubungi seseorang untuk meminta bantuan karena bunuh diri merupakan suatu hal yang sangat umum ditemukan pada pasien depresi dan hal tersebut dapat dicegah dengan bantuan dari orang lain.

Apabila depresi yang ditemukan SU dapat dideteksi lebih awal oleh keluarga serta teman terdekat, pikiran-pikiran bunuh diri tersebut mungkin akan dapat dicegah. Maka dari itu, catat baik-baik bahwa depresi dapat disembuhkan dan apabila Anda merasa memiliki depresi, carilah bantuan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun