Mohon tunggu...
Kertas Putih Kastrat (KPK)
Kertas Putih Kastrat (KPK) Mohon Tunggu... Dokter - Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM IKM FKUI 2022

Kumpulan intisari berita aktual // Ditulis oleh Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM IKM FKUI 2022 // Narahubung: Jansen (ID line: jansenjayadi)

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Medical Tourism: Lebih Baik Berobat di Luar Negeri Daripada Indonesia?

22 Oktober 2024   23:35 Diperbarui: 23 Oktober 2024   00:04 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Contoh Poster Ajakan Medical Tourism ke Malaysia [2] (detik.com)

Penulis: Muhammad Thoriq

Apa itu Medical Tourism?

Medical tourism, atau yang dikenal sebagai wisata medis, terjadi ketika seseorang bepergian ke negara lain untuk mendapatkan layanan kesehatan. Biasanya, alasan utama untuk ini adalah mencari pengobatan yang lebih berkualitas, lebih terjangkau, atau lebih cepat dibandingkan di negara asal. Wisata medis ini sebenarnya bukan hal baru---bahkan telah ada sejak zaman Yunani kuno. Namun, dengan kemajuan teknologi transportasi dan informasi, praktik ini telah menjadi tren yang terus meningkat di seluruh dunia.[1]

Belakangan ini, di Indonesia, sebuah poster viral dengan tulisan "Mau Berobat? Ke Malaysia aja! Lebih Dekat, Lebih Terjangkau" muncul di sekitar gedung Kementerian Kesehatan. Hal ini memicu perdebatan dan pertanyaan di kalangan masyarakat, apakah benar bahwa warga Indonesia lebih memilih berobat ke luar negeri, seperti Malaysia atau Singapura, ketimbang menggunakan layanan kesehatan dalam negeri? [2,3]

Kondisi Medical Tourism di Indonesia

Tren wisata medis di Indonesia memang mengalami pertumbuhan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan data terbaru, sekitar dua juta warga Indonesia melakukan perjalanan ke luar negeri untuk mendapatkan perawatan medis pada tahun 2022. Negara-negara yang paling sering menjadi tujuan utama bagi wisatawan medis Indonesia adalah Malaysia, Singapura, Jepang, Amerika Serikat, dan Jerman. Dari angka tersebut, lebih dari satu juta orang memilih Malaysia sebagai tujuan utama untuk perawatan medis. Malaysia sudah lama dikenal sebagai destinasi yang menawarkan layanan kesehatan berkualitas dengan harga yang terjangkau, sehingga banyak pasien Indonesia tertarik ke sana. Singapura juga menjadi destinasi favorit, khususnya bagi mereka yang memerlukan perawatan lebih spesifik atau teknologi medis yang lebih canggih. Sekitar 750.000 warga Indonesia memilih Singapura untuk keperluan medis mereka. Sebagian kecil wisatawan medis Indonesia juga memilih negara-negara seperti Jepang, Amerika Serikat, dan Jerman untuk perawatan yang lebih khusus atau yang belum tersedia di Asia Tenggara. [1]

Pasien yang melakukan wisata medis ke luar negeri ini datang dari berbagai daerah di Indonesia, bukan hanya dari satu wilayah tertentu. Data menunjukkan bahwa mayoritas pasien berasal dari Jakarta, diikuti oleh Jawa Timur. Hal ini dapat terjadi karena Jakarta merupakan pusat ekonomi dengan populasi yang besar dan akses yang lebih baik terhadap informasi mengenai layanan kesehatan di luar negeri. Sekitar 60% pasien yang berobat ke luar negeri berasal dari Jakarta, dengan profil ekonomi yang memungkinkan mereka menanggung biaya perjalanan dan perawatan di luar negeri. Di samping Jakarta, Jawa Timur juga menyumbang sekitar 15% dari total wisatawan medis Indonesia, sementara daerah-daerah seperti Sumatera Utara (Medan), Riau, dan Kalimantan menyumbang 25% dari pasien yang berobat ke luar negeri. Kota-kota seperti Medan dan Batam sering mengirimkan pasien karena lokasinya yang relatif lebih dekat dengan Malaysia, membuat perjalanan ke Penang atau Kuala Lumpur menjadi lebih praktis dibandingkan harus pergi ke Jakarta. [1]

Bagi warga Kalimantan, khususnya Pontianak, Malaysia---terutama kota Kuching---merupakan tujuan favorit untuk mendapatkan layanan kesehatan karena dapat dicapai dengan mudah menggunakan transportasi darat seperti bus atau taksi. Bahkan, bagi beberapa pasien, perjalanan ke Kuching dianggap lebih murah dan nyaman daripada ke Jakarta atau kota-kota besar lainnya di Indonesia. [1]

Dampak dari Medical Tourism Terhadap Indonesia 

Salah satu dampak terbesar dari fenomena wisata medis ini adalah hilangnya devisa negara. Diperkirakan bahwa Indonesia kehilangan lebih dari 170 triliun rupiah setiap tahun akibat banyaknya warga yang memilih berobat ke luar negeri. Pengeluaran ini meliputi biaya pengobatan, transportasi, akomodasi, dan kebutuhan lainnya. Selain itu, pasien yang berobat ke luar negeri seringkali juga menghabiskan uang untuk aktivitas wisata, hotel, dan belanja, yang pada akhirnya memberikan keuntungan langsung bagi ekonomi negara tujuan. Kondisi ini menjadi tantangan serius bagi Indonesia karena dana yang seharusnya bisa digunakan untuk memperkuat sektor kesehatan dalam negeri justru mengalir ke luar negeri. Jika kualitas layanan kesehatan dalam negeri dapat ditingkatkan, sebagian besar dana ini bisa dialokasikan untuk investasi di sektor kesehatan lokal, yang kemudian akan berkontribusi dalam meningkatkan fasilitas dan kualitas layanan medis di dalam negeri. [1]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun