Kontroversi Vaksin Coronavirus, Valid Kah?

Terhitung pada tanggal 24 April 2020, sudah 53 hari berlalu sejak kasus COVID-19 pertama di Indonesia dikonfirmasi oleh Presiden Joko Widodo. [1] Semenjak itu pula, jumlah kasus positif COVID-19 di Indonesia semakin bertambah setiap harinya. Sudah menjadi harapan semua orang agar pandemi COVID-19 ini cepat selesai. Bagaimana tidak, pandemi ini seakan mengobrak-abrik dunia.

Bill Gates dan Vaksinnya

Di saat pandemi ini, terdapat seberkas harapan. Pada 6 April 2020, Inovio Pharmaceuticals, Inc., sebuah perusahaan bioteknologi Amerika Serikat, mengumumkan bahwa mereka telah menemukan prototipe vaksin COVID-19 yang diberi nama INO-4800.

Uji klinis untuk prototipe ini sudah disetujui oleh U.S. Food and Drug Administration dan tes sudah mulai dilakukan sejak tanggal tersebut.

Salah satu donatur utama dari perusahaan ini adalah Bill and Melinda Gates Foundation, sebuah yayasan amal milik Bill Gates. [2] Diketahui, Bill Gates sendiri sudah lama "tergila-gila" dengan vaksin.

Bill Gates merupakan salah satu donatur utama program Global Polio Eradication Initiative (GPEI) dan mendonasikan uang sebanyak 12 juta dolar untuk mengembangkan vaksin flu universal pada tahun 2018 lalu. [3,4] Dalam menghadapi pandemi COVID-19 ini, Bill Gates dan yayasannya meminta kolaborasi global dalam rangka menyiapkan vaksin COVID-19 untuk 7 juta penduduk dunia. [5] Terhitung sejak tanggal 24 April 2020 sendiri, Bill and Melinda Gates Foundation sudah menyumbangkan sebanyak 250 juta dolar untuk pengembangan diagnostik, terapeutik, dan vaksin COVID-19. [6]

Alasan Ketidaksetujuan Siti Fadilah

Akan tetapi, ternyata terdapat beberapa pihak yang menyangsikan ketulusan Bill Gates. Salah satunya adalah mantan Menteri Kesehatan RI tahun 2004--2009, Siti Fadilah Supari. Beliau menyarankan Indonesia tidak menggunakan vaksin "ciptaan" Bill Gates tersebut. Pernyataan tersebut didasari oleh beberapa alasan. Pertama, beliau berpendapat bahwa pembuatan vaksin memerlukan waktu yang tidak sedikit.

Dengan waktu pembuatan yang relatif singkat ini, beliau curiga Bill Gates sudah memiliki seed dari SARS-CoV-2, terlebih Bill Gates pernah mengatakan adanya kemungkinan pandemi besar pada tahun 2020. Kedua, beliau menanyakan kejelasan seed virus tersebut yang digunakan untuk pembuatan vaksin.

Hal ini disebabkan oleh seed virus yang ada di setiap negara berbeda-beda dan masih terus bermutasi sehingga diperlukan kejelasan akan seed virus yang digunakan. Ketiga, beliau mengatakan bahwa vaksin tersebut akan dipasangkan microchip yang digunakan untuk memantau orang yang sudah menerima vaksin. Hal tersebut menjadi perkiraan langkah pertama Bill Gates dalam proyek depopulasi umat manusia. Oleh karena itu, beliau mengatakan bahwa Indonesia tidak memerlukan vaksin COVID-19 berhubung virusnya masih sangat labil dan belum diketahui pasti individu yang positif maupun negatif corona. [7]

Sebenarnya, perasaan skeptis Siti Fadilah tersebut cukup beralasan. Alasan pertama, dalam keadaan normal pembuatan vaksin dapat memakan waktu 10--15 tahun karena membutuhkan sebuah proses yang panjang dan kompleks. [8] Peter Hotez, dekan National School of Tropical Medicine di Baylor University, mengatakan bahwa pembuatan vaksin dalam waktu 12 hingga 18 bulan, seperti yang dijanjikan oleh Bill Gates, akan menjadi hal yang sangat menakjubkan.