Oleh Nathaniel Jason Zacharia
Jaya Suprana sebagai pendiri Museum Rekor Indonesia (Muri) sedang mempertimbangkan pemberian anugrah rekor kepada Gubernur dan Wakil Gubenur DKI Jakarta periode 2013-2017, Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Syaiful Hidayat atau biasa disebut Ahok-Djarot. Ahok-Djarot dipertimbangkan mendapat rekor MURI yang cukup unik yaitu rekor untuk parade papan bunga terpanjang yang pernah ada di Indonesia.
Hal ini tentunya bukan tanpa alasan. Hingga hari Sabtu, 6 Mei 2017, sekitar enam ribu karangan papan bunga dikirim untuk pasangan Ahok-Djarot. Pihak pengirim karangan bunga melakukan aksi tersebut dalam rangka menunjukkan rasa simpati, kekecewaan, dan dukungan kepada pasangan Ahok-Djarot terhadap hasil pilkada DKI Jakarta 2017. Sungguh merupakan aksi yang out of the box, sangat berbeda dari yang pernah ada, pengungkapan rasa menggunakan karangan bunga yang dikirimkan ke Balai Kota dan sekitarnya untuk menunjukkan penghargaan atas kinerja petahana.
Meskipun demikian, aksi karangan bunga tersebut tetap diterpa berbagai kabar miring yang menerpa fenomena tersebut. Ketua Koalisi Rakyat Pemerhati Jakarta Baru (Katar), Sugiyanto mendesak KPK untuk menyidik karangan bunga untuk Ahok. Ditambah lagi terdapatnya sejumlah aktivis buruh membakar karangan bunga yang dikomando oleh Federasi Serikat Pekerja Logam, Elektronik, dan Mesin Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (FSP LEM PSI) DKI Jakarta.
Bertepatan dengan Hari Buruh sedunia yaitu pada tanggal 1 Mei 2017, para buruh di DKI melakukan aksi demo di berbagai kawasan DKI Jakarta, termasuk di kawasan Balai Kota DKI Jakarta. Dalam aksinya, mereka sempat membakar karangan-karangan bunga yang ada di Balai Kota DKI Jakarta. Beberapa saat kemudian, ketika aksi demo berlangsung secara mendadak turun hujan yang sangat deras. Dengan spontan, para anggota aksi demo langsung mengambil karangan bunga tersebut sebagai medium untuk melindungi mereka dari derasnya hujan.
Pada kesempatan sebelum hujan deras mengguyur ibu kota, para buruh pun menggunakan papan karangan bunga tersebut sebagai media bagi mereka untuk menuliskan tuntutan-tuntutan mereka kepada pemerintah. Hal ini sontak menimbulkan pertanyaan, jadi sebenarnya apakah karangan bunga yang mereka rusak itu berguna pula bagi mereka itu sendiri? Apakah karangan bunga tersebut dapat di analogikan seperti masalah yang menerima Ahok? Apakah sosok seorang Ahok yang banyak tidak disukai oleh berbagai pihak dibutuhkan oleh Jakarta? Silahkan para pembaca yang memiliki pemikiran yang jernih dan berwawasan luas menjawab pertanyaan ini.
Referensi
https://id.wikipedia.org/wiki/Hari_Buruh
http://megapolitan.kompas.com/read/2017/05/01/13172841/buruh.bakar.karangan.bunga.untuk.ahok-djarot.