Mohon tunggu...
A A
A A Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Pria kelahiran 1991. Yang percaya dengan menulis, kita dapat berbagi segalanya. Kita dapat bertukar isi kepala, dan juga dapat melihat indahnya mimpi-mimpi dari setiap tulisan kita

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku Rindu Bulan

21 Januari 2014   17:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:36 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mentari...
Sinarnya memberikan kehidupan...
Daun berwarna hijau karenanya...
Bumi menjadi terang karenanya...
Cinta...
Kasih sayang...
Seperti matahari ia juga memberikan kehidupan...
Menjadikan hidup itu berwarna...
Menjadikan hidup ini terang benderang...
Tapi...
Apa yang terjadi saat sepanjang hari matahari memancarkan sinarnya..?
Apa yang terjadi saat cinta bertubi-tubi diberikan..?
Adalah kehidupan yang tanpa warna yang akan tercipta...
Daun tak lagi hijau warnanya...
Hidup tak lagi penuh dengan warna...
Yang kita sadari hidup ini memerlukan cinta, seperti kita memerlukan matahari...
Tapi tanpa hujan bumi ini akan kering...
Tanpa pengertian hidup ini akan kering...
Seperti air laut, begitulah matahari dan cinta dalam benakku...
Air laut itu tidak terbatas jumlahnya, seberapa banyak yang meminumnya tidak akan pernah habis...
Tapi...
Apakah air laut akan serta merta menghilangkan dahaga...?
Tidak...
Kita hanya akan merasakan dahaga dan dahaga...
Tanpa kita sadari perut kita telah penuh dengan air laut...
Dan kemudian kita akan mati dalam dahaga...
Cinta tanpa pengertian seperti 24 jam kehidupan hanya ada matahari tanpa bulan...
Mata akan terasa panas, kulit akan terbakar, tanaman tak lagi bisa berbuah, rambut akan mengering, angin tak lagi menyejukkan...
Dan pada saat itu kita akan berbondong bondong bersembunyi dari sinar matahari, yang dulunya memberikan kehidupan...
Kita akan muak dan mencari perlindungan dimana kita tidak lagi merasakan sinar matahari itu...
Kita akan sangat merindukan bulan...
Saat itu kita tidak lagi membutuhkan matahari...
Dalam benakku cinta yang berlebihan seperti disodori air laut...
Tak sedikitpun mengurangi dahaga...
Dan pada akhirnya aku akan mati karena air laut yang memenuhi perutku kemudian masuk kedalam paru - paruku...
A_A

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun