Mohon tunggu...
Rajih Arraki
Rajih Arraki Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pembelajar Sosiologi

Pembelajar Sosiologi, Blogger, Setengah Pujangga, Penyiniar, Seperempat YouTuber

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Filsafat Organisasi

23 Mei 2013   18:57 Diperbarui: 4 April 2017   16:14 2546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengawali sebuah pembicaraan tentang berfilsafat organisasi, terlebih dahulu akan saya katakan bahwa tulisan ini penuh dengan filsafat. Lalu, akan saya ulas sedikit tentang filsafat itu sendiri. Memang sesuatu yang rumit jika di awali dan lebih rumit lagi jika mendalami dan melakukannya. Lalu, kajian filsafat itu akan selesai jika tak ada pertanyaan lagi. Yang jadi pertanyaan, apakah filsafat serumit itu? Itu hanyalah perspektif orang-orang pada umumnya tentang filsafat lantaran mereka tak bisa memahami filsafat-filsafat yang telah ada karena bahasanya yang membingungkan.

Ternyata berfilsafat itu bukanlah sesuatu yang susah dan rumit karena filsafat itu sendiri merupakan sebuah spekulasi dari akal pikiran manusia atau juga bisa disebut ngarang dan filsafat tak akan ada yang mampu mengatakan bahwa itu salah karena semua filsafat itu benar dan sedikit tidak tepat saat tidak sepadan dengan keadaan pada faktanya. Dengan begitu, manusia mana yang tak bisa mengarang. Tapi mengarang di sini tak sekedar mengarang. Perlu pemikiran kritis yang mendalam dan tak cukup sekejap dan sekali namun berkali-kali. Hanya saja, perlu sedikit usaha untuk menggali dan mengetahui tentang arti dan makna filsafat yang telah diucapkan itu dengan meneliti dan mengoreksi lewat sejarahnya dan wacana-wacana yang telah memberikan sedikit pencerahan tentang filsafat tersebut.

Berlanjut kepada organisasi. Dari pemikiran-pemikiran yang berasal dari spekulasi ini, terdapat beberapa kesimpulan dari pemikirn saya yang sedikit mencengangkan mungkin bagi yang baru saja mendengar namun tentunya tidak bagi saya sendiri tentang anggapan-anggapan atau argumen manusia-manusia yang menganggap sebelah mata tentang organisasi.

Ketika orang berfikir bahwasanya organisasi itu merupakan sesuatu yang kosong, omdo, tak bermanfaat apapun bahkan sesuatu yang bullshit, maka saya berfikir pula apakah mereka tak menyadari bahwasanya mereka tak bisa hidup tanpa organisasi. Tak usah jauh-jauh, tubuh manusia saja bergerak dengan sistem organisasi yang mana struktur dalam organisasi ini merupakan bagian-bagian yang punya kinerja sendiri-sendiri tapi adakalanya mereka butuh bantuan struktur atau organ yang lain.

Lalu, ketika orang-orang berfikir bahwasanya berorganisasi tak menjamin kesuksesan di masa depan. Yang menjadi pertanyaan saya, apakah mereka mampu menyebutkan, siapakah gerangan orang sukses yang mereka maksud sedangkan ia tak berorganisasi? Dan orang sukses seperti apa yang mereka maksud?

Pertanyaan saya memang bukan timpalan yang memuaskan untuk ungkapan mereka. Untuk memuaskannya, saya akan menjawab berdasarkan pemikiran saya, karena hal ini tentang filsafat organisasi, orang sukses adalah orang yang telah mencapai apa yang ia cita-citakan. Mungkin, yang dimaksud mereka-mereka yang berargumen bahwa mengikuti organisasi tak menjamin kesuksesan seseorang adalah orang-orang yang sukses secara finansial dan hidupnya lebih tentram dibandingkan dengan yang lain. Lalu, apakah terlewatkan dalam pikiran mereka bahwasanya orang sukses itu butuh yang namanya organisasi. Seorang bos akan membentuk organisasi di dalam perusahaannya agar kinerja lebih efektif dan efisien. Bahkan seorang penulis pun, meskipun hanya seorang individu, namun ia butuh penerbit untuk menerbitkan bukunya atau redaksi media massa untuk menampangkan tulisannya di media massa yang mana dalam penerbit atau media massa itu terbentuklah organisasi.

Jadi, secara tidak langsung, manusia yang tak menganggap penting suatu organisasi adalah munafik bagi saya karena pada hakikatnya, mereka tak bisa memungkiri keberadaan organisasi dan tak bisa memungkiri pula bahwasanya kodrat manusia adalah butuh akan bantuan orang lain.

Terlepas dari argumen-argumen nyentrik tentang organisasi tersebut, terdapat beberapa hal terkait organisasi itu sendiri. Organisasi merupakan jiwa dalam satu tubuh. Jika dikaitkan dengan pemikiran bahwasanya organisasi bagaikan tubuh yang mempuunyai struktur, dengan jiwa itu tubuh mampu bergerak dan dengan bergeraknya tubuh itu, bergeraklah sistem dan organisasi dalam tubuh itu.

Terakhir, seberapa pentingkah organisasi itu sendiri dalam kehidupan manusia? Saya berfikir bahwasanya itu sangat penting bahkan menjadi sesuatu yang sakral. Karena untuk menata jalannya kehidupan, untuk melakukan berbagai aktivitas, perlu adanya organisasi yang mana dengan organisasi itu, satu bagian atau satu struktur akan membutuhkan bantuan bagian atau struktur lain untuk menuju satu tujuan, apapun keadaan dan bentuknya, manusiakah, binatangkah, bahkan alam semesta.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun