Mohon tunggu...
Rajih Arraki
Rajih Arraki Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pembelajar Sosiologi

Pembelajar Sosiologi, Blogger, Setengah Pujangga, Penyiniar, Seperempat YouTuber

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mahasiswa Sebagai Pahlawan pada Hari Ini?

11 November 2015   08:55 Diperbarui: 11 November 2015   09:10 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi hal yang kontroversial jika mahasiswa yang didengung-dengungkan sebagai agen perubahan justru melakukan tindakan di luar steorotype yang mulia itu. Sangat disayangkan karena mahasiswa memiliki keilmuan yang lebih tinggi, kajian yang sangat luas dan literatur serta wacana yang melimpah sehingga tak diragukan lagi bahwasanya mahasiswa harus menjadi pasukan utama yang berada di garda terdepan dalam melakukan perubahan yang tentunya perubahan dalam segi positif. Hanya saja hingga detik ini, mungkin baru segelintir mahasiswa saja yang berprinsip demikian.

Sejak tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia merdeka, terjadi berbagai kemelut serta dinamika kehidupan bermasyarakat serta bernegara di Indonesia bahkan di setiap lini seperti ekonomi, politik, sosial, budaya, pertahanan dan bahkan keamanan. Untuk menanggulangi kemelut-kemelut tersebut, muncullah tokoh-tokoh yang telah berjasa dengan segala usaha mereka untuk menegakkan keadilan serta mempertahankan kemerdekaan di atas bumi pertiwi nan indah ini meskipun tetap saja tidak semua masyarakat Indonesia mau berjuang bersama mereka kendati mereka juga ingin keadilan ditegakkan serta kemerdekaan dipertahankan. Tokoh-tokoh tersebut telah menjadi orang yang berjasa bagi bangsa ini atau yang biasa disebut Pahlawan. Mereka memperjuangkan setiap jengkal tanah bahkan sekecil hak bangsa ini agar nantinya keadilan tetap ditegakkan dan lagi-lagi demi mempertahankan kemerdekaan.

Semangat pahlawan yang memperjuangkan tanah air tercinta demi tegaknya keadilan dan mempertahankan kemerdekaan masih terus ada dalam nafas bangsa Indonesia. Di sekolah-sekolah, didengungkan jasa-jasa pahlawan yang telah memperjuangkan Indonesia tercinta juga semangat perjuangannya, begitupula orang tua di rumah ikut andil dalam memberikan edukasi secara perlahan demi tetap lestarinya semangat kepahlawanan yang sangat bijak nan luhur dan tentunya demi majunya negeri tercinta ini. Artinya, penanaman semangat ini dilakukan kepada generasi muda atau generasi penerus bangsa agar nantinya ketika mereka berkembang menjadi lebih baik bahkan semakin maju dengan kreasinya yang bervariasi, tidak keluar dari semangat kepahlawanan dan semangat perjuangan para pahlawan yang mempertahankan Indonesia habis-habisan demi terwujudnya kesejahteraan, tegaknya keadilan dan mempertahankan kemerdekaan.

Generasi muda yang diharapkan mampu mewarisi nilai luhur kepahlawanan justru kenyataannya berbeda dari yang diinginkan. Nilai-nilai yang ditanamkan justru terabaikan karena tergantikan oleh kesibukan mereka dengan kesenangan semu yang tiada kunjung habisnya sehingga secara perlahan mengikis semangat kepahlawanan yang ditanamkan sejak dini baik dalam lingkup keluarga maupun lingkup lembaga pendidikan. Hal ini berdampak ketika para generasi muda mengenyam pendidikan di perguruan tinggi atau sebagai mahasiswa, mereka kurang menggunakan semangat tersebut sehingga dalam menuntut ilmu yang mereka utamakan hanyalah formalitas agar nantinya mudah diterima kerja dan lain sebagainya. Justru nilai kepahlawanan saat menempuh pendidikan di perguruan tinggi tisdak digunakan. Alhasil, ilmu yang dipelajari kurang memberikan manfaat dan stereotype agen perubahan hanya cap belaka tanpa ada implementasi yang nyata yang benar-benar bermanfaat bagi nusa dan bangsa. Lantas, sudahkah Mahasiswa yang juga generasi muda ini mampu mewarisi semangat kepahlawanan yang luhur itu?

Bangsa Indonesia hari ini telah dirundung berbagai permasalahan yang tak kunjung reda. Ketidakadilan, penjajahan yang tak terlihat, kekayaan alam yang tereksploitasi tanpa memperhatikan baik buruknya, pejabat yang tak bisa dipercaya karena mencari keuntungan dengan cara kotor, korupsi merajalela sementara kemiskinan juga merajalela dan jutaan masalah lain yang perlu segera ditangani. Perlu adanya sosok-sosok pahlawan yang mampu memperjuangkan dan menjunjung tinggi nilai perjuangan kesejahteraan, kebangsaan dan kemerdekaan layaknya pahlawan zaman dahulu yang menggunakan senjata.

Saat ini untuk menjadi pahlawan tak harus menggunakan bambu runcing maupun senapan angin. Tapi dengan bekal intelektualitas dan mau menerapkan sebgaimana mestinya intelektual yaitu menunjukkan kebenaran, maka bisa disebut sebagai pahlawan karena dengan menunjukkan kebenaran maka ketidakadilan akan terungkap, korupsi dan segala bentuk kecurangan akan terkuak. Akibatnya tindak kriminalitas serta kemiskinan juga semakin berkurang karena rtak ada penyelewengan yang efek jangka panjangnya juga pada kemiskinan serta ketidak adilan. Mahasiswa yang merupakan kaum intelektual sudah seyogyanya mampu menjadi pahlawan bagi bangsa Indonesia saat ini. Peristiwa pada 1998 dalam rangka menggulingkan Soeharto juga merupakan bentuk kepahlawanan para Mahasiswa walaupun harus bertaruh nyawa. Dan saat ini, jika mahasiswa sekali lagi memberanikan diri untuk menunjukkan kebenranan, maka secara perlahan Indonesia yang dilanda berbagai permasalahan akan membaik dan cita-cita Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur dapat terwujud.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun