GARAM tidak hanya berfungsi sebagai penguat rasa makanan dan sumber yodium tetapi juga efektif meredakan berbagai penyakit mulai dari jerawat, gejala asma, hingga bronkitis (radang saluran pernapasan). Garam ini tidak hanya dikonsumsi secara langsung tetapi juga dengan cara halotherapy, yaitu sebuah terapi dengan partikel-partikel garam di dalam sebuah kamar yang sudah didisain khusus. Terapi ini diadaptasi dari sistem pengobatan Yunani di mana pasien yang sakit dimasukkan ke dalam gua garam untuk mendapatkan penyembuhan. Udara bersih dan murni di "gua" garam diyakini memiliki efek penyembuhan. Selain itu, getaran resonansinya akan mengaktifkan kekuatan penyembuhan di dalam tubuh. Saat tubuh pasien sakit dan kekurangan frekuensi alaminya, garam diyakini bisa memulihkan keseimbangan. Frekuensi penyeimbang dari garam ini akan mengisi kembali kekurangan energi tubuh. Menurut para peneliti, faktor penyembuh yang terdapat dallam garam, aerosol sodium klorida bekerja dengan membunuh bakteri dan jamur jahat pada saluran pernafasan serta mencegah proses peradangan. Dan, terapi ini, lanjut peneliti, efektif meredakan gejala-gejala berbagai penyakit termasuk asma kronis, bronkitis, pneumonia, bronchiectasis, batuk, sinusitis, alergi musiman, atopic dermatitis, serta gangguan kulit seperti eksem dan psoriaisi. Bagimana prosesnya? Anda tentunya tidak perlu lagi mencari gua garam seperti zaman dahulu. Pakar kesehatan telah mengembangkan kamar yang didisain menyerupai kondisi gua garam di masa Hippocrates. Sepanjang terapi, pasien diminta menghirup aerosol garam yang secara terus-menerus akan disemprotkan ke udara. Aerosol garam ini terdiri dari partikel-partikel garam kecil dan kering, yang sebelumnya telah dihaluskan dengan mengggunakan generator garam khusus. Partikel-partikel aerosol kecil ini selanjutnya akan masuk ke setiap sudut saluran pernafasan dan menumpuk di permukaan, menghancurkan bakteri dan jamur. Cara ini dinyatakan efektif untuk meredakan asma dan bronkitis yang dipicu oleh gangguan pembersih mucus. Gangguan yang memicu penumpukan mucus di saluran pernafasan. Hal ini juga dibuktikan oleh studi dari Rusia. Studi ini melibatkan 124 pasien berusia 16-62 tahun. Partisipan menderita berbagai gangguan penyakit paru-paru kronis (87 orang menderita asma bronkial, 26 orang menderita bronkitis kronis, 6 orang menderita bronchiectasis dan 5 pasien menderita cystic fibrosis.) Semua pasien diobati di dalam kamar garam. Masing-masing pasien menjalani satu sesi selama satu jam setiap harinya selama 10-20 hari. Hasilnya, semua pasien melaporkan mengalami perbaikan setelah terapi. Pasien sama sekali tidak mengalami perburukan penyakit mulai dari bulan ke-3 hingga ke-12 setelah terapi. Rata-rata pasien mendapatkan remisi sebanyak 7,6 bulan. Selain itu, sebagian besar pasien (60%) tidak lagi menggunakan obat-obatan medis setelah menjalani terapi. mediaindonesia.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H