Mohon tunggu...
Rika Margaretta
Rika Margaretta Mohon Tunggu... -

Mantan karyawati yang memutuskan resign untuk mendampingi masa masa tumbuh kembang anaknya dan memilih untuk merintis bisnis dari rumah.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Sisi Lain Taksi Reguler vs Taksi Online

24 Maret 2016   07:57 Diperbarui: 24 Maret 2016   13:00 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Jadi driver taksi gini penghasilan saya bagus kok Mba , saya juga bisa atur waktu buat antar jemput sekolah anak saya & saya tenang Mba cari uang nya, gak ada politik politik kayak di kantoran. “

Wah seru deh obrolan sama si Bapak itu, dalam hati saya “bener juga sih si Bapak ya”. Saya juga dulu kan kerja sebelum akhirnya kerja dari rumah & suami juga masih ngantor, ya bener sih apa yang si Bapak omongin. Semakin tinggi jabatan di kantor, gaji tinggi tapi ya tuntutan pekerjaan & tingkat stress semakin tinggi.

Beda banget rasanya ketika kerja sendiri,gak ada beban duh bisa di marahin bos nih. Saatnya kerja ya kerja in serius, saatnya liburan ya bener bener bisa liburan santai gak mikirin “duh pengganti saya bisa gak ya?” atau was was tiap kali HP bunyi (takut dicari kantor ahhahaa).

Terlepas dari masalah regulasi, pajak dll nya yang bukan kapasitas saya sebagai konsumen. Di kacamata saya, semua pengemudi taksi baik konvensional maupun online mereka adalah pejuang pejuang keluarga. Mereka cari makan buat keluarga.

Rasanya sih gak adil juga ya kalau gara gara kasus demo taksi kemarin itu, kita langsung gak mau naik taksi konvensional atau men cap jelek drivernya. Dari sekian ribu driver taksi konvensional, saya yakin kok masih banyak driver - driver yang baik hati & sopan.

Selama naik ke dua jenis taksi pernah juga kok aku ketemu dengan driver driver yang gak enak deh attitudenya. Tapi ya, ya udahlah. Kadang saya suka gak tega mau laporin yang nakal nakal ke call center kalau ingat di belakang mereka ada anak istri atau orang tua yang butuh penghasilan dari mereka. Jadi ya udahlah....berdoa aja lain kali jangan ketemu taksi mereka lagi.

Menurut saya, taksi online telah membawa profesi driver taksi ke level yang lebih tinggi. Menjadi driver taksi online telah menjadi alternatif solusi buat pekerja kantoran yang jenuh kerja, pengen resign tapi gak tau mau kerja apa.

Pelajaran lain yang saya petik adalah, kita harus selalu siap dengan kemajuan teknologi. Teknologi semakin berkembang, persaingan di sektor apapun semakin berat. Kalau kita gak mampu ngikutin, ya kita akan kalah saing.


Jadi saya milih naik yang mana, taksi konvensional atau taksi online?


Tergantung kebutuhan,

Kalau untuk urusan ke airport subuh - subuh, saya tetap lebih memilih taksi konvensional, lebih terjamin pasti ada. Kalau jarak deket deket, saya juga lebih memilih yang konvensional aja. Tapi kalau yang jaraknya jauh & pergi rame rame, saya pilih yg online hehehee (beda tarif signifikan).

Sebagai generasi yang melek internet, saya pribadi lebih suka yang online, karena tinggal buka aplikasi bisa langsung order & mengecek keberadaan mobil.

Tapi buat generasi mama saya, si mama gak mau naik taksi online - online, takut dia. Dan beliau gak ngerti cara order online.
Ketika sinyal internet saya hilang, order by phone taksi konvensional menjadi pilihan saya.


Jadi buat saya sih ya, taksi online & taksi konvensional bisa saling melengkapi. Masing masing punya kelebihan & kekurangannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun