Kemarin, Minggu (9/10), beberapa kawasan di Jembrana menjadi trending topic lokal di media sosial sekitar Jembrana. Iya, memang tidak seheboh dan seramai reklamasi Teluk Benoa, pula tidak seheboh dan seramai demo tolak reklamasi di Bali. Mungkin karena posisi Jembrana yang jauh dari pusat kota (sekitar 100 Km dari Denpasar), atau mungkin karena Jembrana yang dipandang sebelah mata karena kurangnya objek wisata dan kurangnya pengaruh gemerlap bisnis pariwisata.
Tapi mau tidak mau, Jembrana adalah kawasan yang memiliki hutan yang cukup luas, kawasan yang menentukan iklim lokal di Bali, kawasan hutan yang maha penting untuk iklim dan pertanian serta pengairan di Bali, bagian dari Taman Nasional Bali Barat. Tidak salah namanya Jembrana, berasal dari kata jimbar dan wana, jimbar artinya luas dan wana artinya hutan.Â
Tetapi hari kemarin membuktikan bahwa di Jembrana ada sesuatu yang sangat parah dan massif yang sedang terjadi. Berikut adalah beberapa foto di media sosial yang mengabarkan banjir bandang di kabupaten ini.Â
Mungkin banjir bandang ini adalah baru awal, tidak menutup kemungkinan 1 minggu berikutnya apabila hujan datang lagi, beberapa kawasan akan hanyut lagi di kawasan ini.
Menurut penulis, di hutan ini sedang terjadi 'reboisasi' secara besar-besaran dan hal ini akan berdampak lebih parah daripada reklamasi di Teluk Benoa, karena iklim Bali dan kehidupan pertanian di Bali mau tidak mau sangat bergantung kepada paru-paru Bali di Jembrana.Â
Kenapa rakyat Jembrana ikut-ikutan mendirikan baliho-baliho Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa padahal di tanahnya sendiri sedang terjadi penghancuran secara massif. #SaveJimbarwanaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H