Mohon tunggu...
M Bayu Dwi Saputro
M Bayu Dwi Saputro Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang debt collector

Hobi membaca, tertarik pada bidang filsafat, literasi, sastra, sejarah, seni, dll.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membaca Gadis Kretek dengan Feminisme Eksistensialis Simone De Beauvoir

3 Desember 2024   20:09 Diperbarui: 3 Desember 2024   20:17 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tentu kita patut bercuriga dengan Dibjo bahwa alasan yang sebenarnya kenapa dia melarang perempuan masuk ke ruang peracikan dengan legitimasi mitosnya adalah karena dia tahu bahwa Dasiyah memiliki selera yang bagus dalam meracik saus dan itu tentu mengancam kedudukannya sebagai peracik saus di pabrik itu. Namun Raja dan Jeng Yah berhasil meyakinkan Idroes, ayah Dasiyah yang diperankan oleh Rukman Rosadi, bahwa putri sulungnya itu memiliki bakat istimewa. Mereka lalu meluncurkan produk baru hasil racikan Dasiyah dengan nama "Kretek Gadis" yang sarat dengan cita rasa feminin.

Kekhawatiran akan terkikisnya eksistensi maskulinitas juga tergambar pada time line 2001 ketika Lebas bereaksi secara spontan saat Arum, yang diperankan oleh Putri Marino, hendak memperbaiki genteng rumahnya. Dalam budaya patriarki di Indonesia, terdapat stigma bahwa memperbaiki genteng rumah adalah tugas laki-laki sementara menyapu dan mengepel lantai adalah tugas perempuan.

Itu sebabnya Lebas bereaksi menawarkan diri untuk membantu Arum memperbaiki genteng. Namun Lebas menjadi ragu karena Arum justru meminta bantuannya untuk mengepel lantai yang kebanjiran. Itu menunjukkan bahwa Lebas, tanpa dia sadari, juga terbentuk dalam budaya patriarki.

Hell Is The Other

Pada diri Dasiyah, ada perasaan campur aduk antara cinta dan kecemburuan sosial. Di episode ke-2 kita jadi tahu bahwa ternyata yang meminta Idroes untuk menolong Raja ketika dikeroyok di pasar adalah Dasiyah. Tentu diterimanya Raja di pabrik rokok Merdeka Djaja menjadi kebahagiaan tersendiri bagi Dasiyah karena tanda-tanda kasmaran sudah mulai terlihat ketika pertama kali tatapan mereka bertemu. Terdapat narasi dari surat yang ditulis Dasiyah yang bunyinya "tatapannya melihat kebebasan dalam diriku."

Tetapi kepercayaan yang diberikan Idroes kepada Raja membuat Dasiyah cemburu. Kehadiran Raja di pabrik itu membuat Idroes tidak perlu merisaukan lagi siapa yang akan membantunya di pabrik. Dan tanpa kekhawatiran itu lagi, jalan perjodohan Dasiyah dengan Seno menjadi lapang.

Seperti kata Sartre, bahwa "neraka adalah orang lain," konflik yang dihadapi Dasiyah adalah "neraka" yang disebabkan oleh eksistensi orang-orang di sekitarnya, bahkan pujaan hatinya sendiri.

La Mauvaise

Jeng Yah juga dihadapkan pada intrik perjodohan. Dia tahu, bahwa perempuan tidak punya kebebasan untuk menentukan jalan hidupnya sendiri dan salah satu persoalan Jeng Yah yang juga menjadi persoalan perempuan-perempuan di zaman itu adalah sukarnya meraih kemerdekaan terhadap dirinya sendiri. Selain setting waktu di mana kemerdekaan Indonesia sedang hangat diperbincangkan, nuansa keinginan untuk merdeka dari ke-tak-berdaya-an berkehendak juga diperkuat dengan simbol burung dalam sangkar dan nama merek rokok kretek milik keluarga Jeng Yah sendiri, Merdeka Djaja.

Sebagai perempuan yang dituntut untuk selalu patuh, Dasiyah telah menerima secara terpaksa bahwa dia harus bersiap menjadi wanita sejati menurut pandangan masyarakat di sekitarnya.

Sedari awal, kita diperlihatkan tentang karakter Dasiyah yang memiliki keinginan dan kehendak yang bebas, namun karena kekangan sosial sebagai perempuan, dia tidak menentang secara terang-terangan apa yang sudah direncanakan untuk masa depannya, melainkan menghindar secara halus. Seperti ketika dia mengajak ayahnya untuk pergi ke pasar saat ibunya hendak membicarakan perjodohan. Padahal sebelumnya Dasiyah tidak pernah mau ikut ayahnya ke pasar karena dia tidak suka dengan hiruk-pikuk pasar. Juga ketika dia menghindari ayahnya yang hendak membicarakan perjodohan dengan alasan "tadi dipanggil ibu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun