Mohon tunggu...
Renita Yulistiana
Renita Yulistiana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan

I wish I found some better sounds no one's ever heard ❤️😊

Selanjutnya

Tutup

Diary

Ketimbang Menulis Ilmiah

28 April 2023   18:30 Diperbarui: 28 April 2023   18:43 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Hal ini bermula ketika saya keranjingan mendengar Rollercoaster milik Bleachers dan Aoi milik Sakanaction melalui Spotify yang belum juga premium. Sambil mengendarai motor sejauh 23 km. Di persimpangan jalan antara Tanjung Barat dan Pasar Minggu, saya bertemu seorang loper koran. Reflek, saya menepi---untuk membeli koran Kompas dan mencari berita tentang pendidikan terbaru.

Sesampainya di kantor, nahas, ternyata koran edisi hari itu tidak ada artikel pendidikan. Saya malah menemui berita dengan judul yang "bising", seperti:

Invasi Rusia atas Ukraina; Transaksi Mencurigakan 349 Triliun; Hedonisme dan Krisis Keuangan; serta Piala Dunia U20.

Minat baca saya hanya diselamatkan oleh artikel berjudul "15 Menit untuk Ciptakan Kutu Buku" dalam desk Humaniora. Penasaran. Itu saja.

Setelah membaca tiga alinea pertama, saya berandai-andai bisa terlahir sebagai Hans Christian Andersen dan menulis karya "The Ugly Ducking" atau "Thumbelina".

Pengandaian bertambah acak, ketika membaca alinea keempat dan selebihnya. Saya lebih ingin menjadi Roosie Setiawan, yang menjadi pegiat literasi dengan tujuan reading for pleasure. Mudahnya, aktivitas membaca di desain untuk proses berpikir yang teratur dan bisa memberdayakan anak hingga dewasa. High level sekali bukan? Makanya saya penasaran.

Menjelang alinea akhir, saya tidak lagi mengandai. Tapi, sepakat atas pendapat penulis Noor H. Dee yang mengatakan kalau sebagian orangtua berharap terlalu besar pada buku bacaan. Mayoritas, cenderung berharap agar buku dapat membuat anak menguasai kualitas tertentu: pintar atau saleh.

Sebagai pendidik yang masih terus belajar, statement Mas Noor menampar saya. Nampaknya, sebuah keharusan untuk membiarkan anak bebas memilih buku yang disukai. Sehingga, aktivitas membaca bukan sebuah paksaan atau proses dikte.

Bahwasanya, buku bukan hal yang selalu serius. Ia sama seperti karya seni lain yang menyenangkan. Serupa dengan senangnya saya, ketika menikmati musik.

Citayam, 12 April 2023

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun