Mohon tunggu...
Renita Yulistiana
Renita Yulistiana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan

I wish I found some better sounds no one's ever heard ❤️😊

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Surat Cinta dari Guru yang Biasa Saja

3 Juli 2022   20:46 Diperbarui: 3 Juli 2022   21:14 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Sejak kecil, saya ingin sekali menjadi guru meskipun tidak disetujui. "Tidak ada uangnya", sahut keluarga---kecuali jadi PNS. Padahal, PNS juga ada lapisannya. Saya maklumi saja, mungkin mereka belum memahami seutuhnya. Keinginan itu bermula dari hobi saya yang suka merangkum pelajaran, lalu menjelaskan kepada teman. Ketika teman mengerti, saya merasa senang dan bangga.

Sayangnya, perjalanan itu tidak selancar yang saya kira. Meskipun saya sudah mengambil jalan lurus kuliah pendidikan di sebuah kampus swasta kelas karyawan, karena saat itu saya sambil bekerja. 

Nahas, dunia kerja lebih getir dari bayangan. Jika saat itu finansial keluarga stabil, saya akan memilih gap year dan ikut seleksi PTN kembali di tahun depan. Sehingga, saya tidak terlalu effort hadapi pertarungan ijazah dengan mahasiswa lulusan kampus ternama.

Untung, saya diterima di beberapa perusahaan. Yang membawa saya untuk belajar kemampuan selain mengajar. Saya pernah menjadi telemarketing, surveyor, staff HR, data management, hingga program dan monev. 

Setidaknya pengalaman ini menjadi bekal untuk saya lebih siap hadapi dunia. Tahun 2016, saya putuskan membuat komunitas pendidikan. Sebagai penyaluran keinginan menjadi guru, sekaligus penyembuhan pasca ayah meninggal dunia.


Berjalannya waktu, pandangan saya soal pendidikan makin meluas. Bukan hanya isunya, tapi juga elemen di dalamnya: materi, guru, siswa, kurikulum, dan lainnya membuat saya penasaran. 

Hingga akhirnya Tuhan memberikan saya kesempatan untuk menjadi guru sungguhan di Sekolah Murid Merdeka sejak bulan Agustus 2021. Sekolah blended learning, yang sangat unggul dan legit dalam merancang pembelajaran. Senang sekali rasanya, apalagi saat itu saya baru saja kehilangan pekerjaan. Saya belajar banyak dari sekolah tersebut.

***

Saya didapuk sebagai guru kelas 1 SD untuk kelas kedua belas (1L). Saat pertemuan pertama, saya menemukan banyak siswa yang menyenangkan. Jujur, saat itu saya merasa tertantang dan tidak yakin bisa. Mendekati jam mengajar, saya selalu bergumam. "Bagaimana ya cara mengajar secara virtual by zoom tapi tetap interaktif dan dapat dipahami?", "Bagaimana ya membahasakan materi rumit ke siswa kelas 1 dengan bahasa yang mudah dicerna?", dan banyak bagaimana lainnya.

Yang saya ingat, kelas L penuh keberagaman. Saya banyak mempelajari soal memaknai hidup dari percakapan bersama anak kelas 1 SD. Saya berlatih sabar dari beberapa anak yang perlu perhatian lebih dan kondisi istimewa. Saya kembali rajin membaca buku, untuk hadapi pertanyaan cerdas dan kritis mereka. Saya mendapati rekomendasi tontonan dan games seru dari mereka. Saya belajar saling menghargai dan ketulusan dari cerita harian mereka. Dan masih banyak lagi.

Selain siswa, saya juga menemui orangtua hebat di balik layar. Mereka dengan tulus mendampingi buah hatinya di tengah kesibukan keluarga. Pendampingan bagi saya bukan hanya selalu ada saat pembelajaran. Namun, memfasilitasi dalam berbagai bentuk hingga anaknya mudah untuk belajar, juga termasuk. Pun bersedia membagi waktu me time-nya hanya untuk mengurusi pengumpulan tugas. So precious!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun