Belum lama ini, kabar mengagumkan datang dari Maudy Ayunda yang resmi mengantongi tiga gelar sekaligus di belakang namanya.
Satu diperolehnya dari Oxford Unviersity saat lulus S1 dan dua gelar diperolehnya dari Stanford University, yang menempati peringkat kedua universitas terbaik dunia versi QS World University Ranking tahun 2021. Sudah pasti menjadi kebanggaan keluarga.
Setiap keluarga pasti sepakat jika pendidikan adalah sesuatu yang penting. Tapi, tidak semua keluarga membangun lingkungan dan meletakkan pendidikan sebagai prioritas terpenting.
Sebagian dari mereka, mungkin mendambakan anak yang memiliki kestabilan finansial ketimbang gelar yang panjang.
Keduanya tidak salah, sebab setiap keluarga memiliki daya juangnya sendiri. Lagipula, anak yang tidak memiliki gelar atau tidak sekolah tinggi--bukan berarti tidak memiliki kemampuan apa-apa kan?
Saya adalah salah satu produk di atas, tumbuh dalam keluarga yang tidak concern dengan pendidikan.
Untung, saya diberikan kepekaan tinggi dan dapat membaca kalau persaingan akademik sangatlah sengit--karena bukan berasal dari keluarga kaya, jadi saya harus pintar, agar dapat sekolah negeri dengan biaya yang lebih murah.
Sedari dulu, saya sudah terbiasa mengikuti seleksi beasiswa. Yayasan Pengembangan Anak Indonesia (YPAI) adalah beasiswa pertama yang saya dapatkan di tahun 2000 hingga lulus SD.
Kemudian, di tahun 2005 saya berhasil masuk SMP negeri di Jakarta dan bertepatan dengan kebijakan pembebasan biaya SPP hingga saya lulus.
Pada tahun 2008, saya kembali mendapatkan SMA negeri--tapi sayang, kali ini berbayar: uang gedung, SPP, buku tahunan, dan perpisahan.