Akhir-akhir ini saya sering ditanya hal serupa. Kala mengisi webinar ataupun mengobrol santai. "Kenapa sih bikin GSB? Kenapa harus bikin? Kenapa gak ikut komunitas lain?" (Re: GSB adalah Gerakan Suka Baca---sebuah komunitas kecil di Depok yang bergerak dalam pendidikan dan literasi).
Saya sering menjawabnya dengan candaan, karena saya bosan menjawab pertanyaan berulang. Saya sering pikir, kalau tidak penting orang tahu alasannya. Lebih penting, jika orang tahu pergerakannya.
Gerakan Suka Baca (GSB) sejujurnya berangkat dari sebuah insecure atau rasa tidak percaya diri saya sebagai manusia. Saya bukanlah orang yang punya banyak teman, bukan orang yang berani tampil, dan bukan orang hebat dengan segudang prestasi. Itulah kenapa saya enggan untuk menjajal gabung dalam komunitas lain.
Beberapa bulan sejak GSB dibentuk tahun 2016, saya coba beranikan masuk ke dalam komunitas lain. Tujuan utamanya tentu saja mempelajari seluk beluknya. Komunitas adalah perkumpulan manusia dengan banyak karakter---termasuk introvert di dalamnya. Sialnya, sepengamatan saya---introvert kerapkali diasingkan.
Saya sering mendapati relawan yang dibiarkan begitu saja dalam komunitas dan tidak dilibatkan. Contoh: ketika relawan tidak berani bicara---tidak ditanya, ketika relawan bertanya---tidak direspon, dan lain sebagainya. Saya, pernah mengalami salah satunya dan cukup berdampak sampai sekarang. Hingga menimbulkan traumatik.
Dasar itulah yang membuat saya memberanikan diri membuat lingkungan sendiri untuk berlatih menghargai manusia. Saya tidak ingin, ada yang bernasib sama seperti saya. Saya agak beruntung, karena tidak tenggelam dan menutup diri. Sampai sekarang, saya selalu berdoa agar kondisi ini abadi.
Saya mendapat banyak pelajaran selama membersamai GSB. Menjadi lebih berani, lebih terkonsep, dan lebih sering membaca buku. GSB memaksa saya untuk mencari info terbaru soal pendidikan dan literasi---kemudian menyajikannya dalam konten visual.
Perjalanan saya dan GSB tentunya masih panjang. Terlalu dini untuk jumawa. Lingkungan yang dibangun atas "selera" sendiri, bukan berarti mulus mulus saja. Bukan berarti juga, hidup saya aman aman saja. Tantangan dan rasa tidak percaya diri itu selalu ada. Tapi, saya sudah lebih bisa mengatasinya.
Januari, saya harap ini awal perjalanan yang nyata. Sekiranya ada yang tidak sesuai dengan rencana, ya tidak apa-apa. Sebab, kuasa Tuhan---tidak elok jika dipaksa.
Renita Yulistiana
Calon Kepsek Hehe
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H