Masa pagebluk ini, membuat kegiatan kami berubah drastis. Salah satunya, sulitnya kami berkomunikasi dengan mereka yang berada di daerah susah sinyal tanpa mengunjungi. Betapa peningnya, kami harus mengubah rancangan program agar Taman Baca tetap berjalan.
Alhasil, kami juga tidak bisa memaksakan Taman Baca tetap berjalan. Sementara, kami mengalihkan menjadi kegiatan peminjaman buku dan beberapa kegiatan yang bisa dilakukan dari rumah. Seperti membuat poster pencegahan covid-19, membuat pesan positif selama di rumah saja, dan menulis puisi atau kisah inspiratif.
Sisanya, ditambah kegiatan daring seperti membuat webinar dan sharing session melalui live instagram dengan berbagai narasumber: penulis, partnership, tenaga medis, relawan, dan tokoh masyarakat. Juga menggalang dan distribusi donasi paket sembako, masker, hand sanitizer kepada warga yang terdampak covid-19 di daerah Jabotabek dan sekitarnya.
Namun, situasi ini menjadi tantangan bagi kami untuk terus adaptasi dan inovasi dengan memerhatikan protokol kesehatan tentunya. Tidak elok jika hanya pasrah atau sekadar menuruti ide gila pemerintah dengan konsep "new normal-nya" yang membuat kami tambah pening. Padahal kami masih pening, karena ongkos kirim buku yang luar biasa. Ajaib memang Indonesia!
Ini hanya opini. Saya yakin, semua profesi juga sedang berjuang menghadapi kesulitan serupa. Semoga, kita terus bertahan dan tentunya tetap bisa melakukan proses kreatif setiap harinya. Sehat selalu!
Renita Yulistiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H