Mohon tunggu...
Kerabat HATI
Kerabat HATI Mohon Tunggu... lainnya -

Seorang pemerHATI

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Dibalik Banjir Pati

26 Januari 2014   21:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:26 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bencana ini bukan hukuman, banjir ini cara Tuhan mempertemukan kita dengan para pejuang kemanusiaan. Ini cara Tuhan menunjukkan banyaknya kepedulian di antara sesama kita.

Lima pemuda di setiap pagi bersepeda dari Tayu ke Juwana untuk membantu dapur umum, memasak & mendistribusikan makanan. Ya, setiap pagi bila kau tau jauhnya jarak Tayu ke Juwana lalu kembali setiap sore untuk bertemu dengan Ibu mereka yg cemas menunggu & berdoa. Tayu ke Juwana, jika kamu masih ingat jalanan rusak serta panjangnya jalan digenangi air yg bahkan motor & mobil akan mati mesin jika tetap nekat melintas. Mereka bersepeda lalu melakukan pekerjaan tanpa upah. Mereka berjuang dari evakuasi warga sampai distribusi pangan. Tak hanya mereka, Tuhan telah menunjukkan betapa banyak pejuang-pejuang lain yg mengambil cuti & dipotong gaji atas nama kemanusiaan, meninggalkan pekerjaan nyaman dg penghasilan menjanjikan yg mereka lakukan karena kepedulian. Juga mereka yg mengurangi saldo rekening pribadi yg dulu mereka niatkan sebagai tabungan masa depan.

Jika masih kalian memandang lelaki yg menangis adalah memalukan, hari dengan bangga aku katakan aku telah menangis haru atas mereka. Aku bangga pada mereka & kalian yg telah berjuang. Tak bisa aku katakan musibah ini adalah keindahan, tp apa yg kalian lakukan telah menghangatkan. Karena kalian maka aku tau harapan ini tak akan habis. Terimakasih atas semuanya.

Sampaikan juga salam hormat untuk Ayah & Ibu kalian yg telah memberi ijin walau penuh kekhawatiran. Aku tau sebagian dari kalian berbohong pada orangtua, tak banyak dari mereka yg tau anak-anaknya berperahu di tengah deras arus. Andai mereka tau pasti sulit rasanya untuk mengijinkan, tapi tetap saja sampaikan salam & hormat dariku. Ya, salam hormat untuk orang-orang yg telah melahirkan dan mendidik kalian menjadi seorang pejuang..

-Erieq, Januari 2014-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun