Seperti biasa rutinitas sehari-hari selepas mandi & makan malam, selalu kusempatkan untuk membaca update berita darin egeri tercinta. Miris terasa hati nuarani ini membaca sebuah berita di proses persidangan tipikor, walaupun hakim belum mengetok palu, dan hanya sekedar dari keterangan saksi-saksi yang ada, terbayang dipikiranku..”betapa ngeri & sadisnya kejahatan korupsi yang melibatkan petinggi2 & pejabat di Republik tercinta” betul ternyata korupsi sudah menggurita di negeri tercinta, ibarat penyakit seperti kanker yang berakar.
Gimana tidak seperti kanker & menggurita, instansi pemerintah, badan usaha milik Negara seperti alat pencetak uang yang ujungnya harus setor kepejabat, DPR bahkan bias jadi kepenguasa… karena kepentingan politiknya.
Peristiwa tersebut aku coba Tarik kebelakang, coba urai benang merahnya..kenapa hal itu bisa sampai sedemikian parahnya…??? “Banyak anggota dewan, kepala daerah & petinggi2 BUMN maupun swasta terjerat Korupsi”
Tentunya permasalah yang kompleks diurai untuk bisa memutus rantai ataupun memusnahkan tindakan yang telah menggurita & mengakar ini. Saya akan coba mulai dari proses pemilu, kampanye dan biaya politik yang dikeluarkan oleh para wakil rakyat selama proses kampanye. Tentunya saya hanya akan memakai pendekatan secara umum & bukan spesifik, namun semoga semua bisa dimengerti.
1.Berapa dana kampanye yg harus dikeluarkan oleh seorang caleg selama kampanye??
2.Berapa setoran wajib bagi anggota dewan kepartai??
Minimal 2 pengeluaran di atas apakah gaji/ penghasilan para anggota dewan masih cukup utk bisa hidup layak selayaknya anggota dewan yg konon katanya terhormat..???
Kalau tidak cukup tentunya ini yang akan menjadi kan sumber masalah. Bukan berarti solusinya gaji dewan harus dinaikkan (Karena saya pribadi tidak setuju, karena kinerja korupsi sebagian anggota dewan tidak sebanding dengan penghasilan yang mereka dapat, malah kalau perlu potong gaji anggota dewan untuk dikembalikan ke rakyat).Karena ini pola pikir yang salah dari system politik di Indonesia yang tentunya harus dibenahi minimal dari pola pikir kita sebagai rakyat/ pemilih, yang harus bisa memberikan pembelajaran bagi para Caleg yg senang bermain uang selama proses kampanye. Yang intinya kita harus cerdas dalam berpikir & menyikapinya, biarlah mereka bermain dengan uangnya… akan tetapi pilihan tetap berada ditangan kita tentunya. Jika mereka tidak kompeten & capable / mampu kenapa kita harus pilih…!! kalau sudah uang yang bicara itu sah- sah saja kita terima tapi dengan catatan..! atau kalau kita semua punya idealism yang tinggi sekalian kita tolak saja pemberian uang tersebut (Strict, Clear & Clean).
Semua itu intinya ada pada diri kita sebagai pemilih..yang harus bisa menilai apakah para Caleg/Calon- calon pemimpin ini kompeten & capable sebagai calon pemimpin atau tidak..?? Jadi kuncinya, FILTER itu ada di diri kita sebagai pemilih. Kalau filternya saja sudah tidak steril gimana hasilnya maubersih..?? Jadi kita sebagai rakyat tidak usah khawatir akan yang namanya politik uang. Karena semua itu, waktu yang akan jawab, jika kita semua sudah menjadi filter2 yang bisa menjaga kemurnian dari hal- hal yang melewati kita. Dan toh andai kata ada beberapa filter yang masih tidak bisa menyeterilkan dan hasilnya tetap akan menjadi pemimpin..waktu yang akan menjawab untuk membuktikan terhadap kualitas pemimpin yang tidak steril. Karena system pemberantasan korupsi sekarang sudah bagus & rakyat sudah cerdas untuk meninggalkan hal-hal yang tidak pro rakyat di pemilihan yang akan datang.
Dan kalau filter kita bener-bener steril maka bagi para caleg-caleg yang sudah mengeluarkan uang untuk hal-hsl yang negative dalam proses kampanye dan tidak terpilih, akan menjadikan efek jera (pemiskinan secara tidak langsung) terhadap para caleg-caleg / calon pemimpin. Dan kita sudah menjadi fungsi Kontrol & Preventif yang baik untuk mencegah pemimpin yang tidak AMANAH.
Terkadang dalam hati saya ketawa mendengar & membaca komentar-komentar yang menyalahkan akan adanya politik uang… Saya pribadi tentunya tidak setuju dengan politik uang selama proses pemilu, Akan tetapi kita harus cerdas dalam menyikapi hal-hal tersebut. Beberapa point yang bisa sebagai filter untuk bisa menilai para calon pemimpin yang memberikan uang. Antara lain sbb :
1.Siapa yang berkomentar/ menentang tentang pemberian uangs elama proses pemilu…?
2.Apa motivasinya memberikan uang..?
3.Kalau yang memberikan uang sudah lebih-lebih & tidak hasil dari korupsi dengan niatan bagi-bagi apa salah..??
4.Kalau yang memberikan uang / calon pemimpin ini kompeten & capable & tentunya sudah bukan uang lagi orientasinya kalau sudah terpilih tapi semata mata untuk pengabdian, apakah salah calon ini memberikan uang kewarga…??
5.Apakah justru yang menentang pemberian uang uang ini ada unsur politik juga… mau mencalonkan diri..??Namun masih berpandangan jika kelak terpilih sebagai pemimpin orientasinya untukcari kerja & uang…?
Tentunya dari 5 pertanyaan diatas kita bisa menilai secara jernih dari segala penjuru & beberapa sudut pandang dan tidak terbawa arus maupun emosi sesaat, sehingga kita semua bener-bener manjadi fungsi Filter, Kontrol & Preventif Action terhadap para calon pemimpin yang tidak capable/mampu di sekitar kita. Sehigga kita bisa menjadi seorang pemilih yang cerdas, memilih bukan karena masih sodara, memilih bukan karena teman, memilih bukan karena bapaknya..tapi kita memilih dengan keyakinan, dengan penilaian yang Objektif.
Berada pada posisi minoritas tapi benar, nilai perjuangannya akan lebih besar daripada pada posisi mayoritas tapi salah. Karena mayoritas bukan berarti benar & waktu yang akan menjawab semuanya.
Terakhir dari uraian ini saya coba untuk diskusi dengan diri saya sendiri bahwa menentukan / memilih seorang pemimpin dikarenakan KOMPETENSINYA, KEMAMPUANNYA & DIDASARI MOTIVASI UNTUK PENGABDIAN, bukan semata mata karena jabatan & karena mencari status maupun mencari pekerjaan.Kalau kita semua menentukan pilihan dengan didasari penilaian yang objektif Insyaallah Pemimpin yang terpilih kelak menjadi pemimpin yang AMANAH.
Semoga apa yang sudah saya tuliskan memberikan pencerahan bagi diri saya pribadi, dan andekata ada yang membaca bisa menjadikan sumber inspirasiu untuk menjadi filter2 di dalam pribadi masing-masing maupun fungsi control yang positif dan melakukan tindakan prevetif di setiap kehidupan bermasyarakat maupun berkeluarga.
SEKIAN
Ulsan, Korea Selatan, BulanMaret, HariKamis, MalamJumat, Tanggal 6, Tahun 2014
Oleh ;NuraniHATI
#TW
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H