Mohon tunggu...
mama kenzi
mama kenzi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Hary Tanoe: Pede Amat Dirimu

29 Januari 2016   20:47 Diperbarui: 30 Januari 2016   00:39 4340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Harry Tanoesoedibjo (foto Tempo/Fardi Bestari)"][/caption]Mas Yulianto, kita buktikan siapa yang salah dan siapa yang benar. Siapa yang preman dan siapa yang profesional. Saya masuk politik karena saya mau memberantas oknum penegak hukum yang semena-mena. Saya pasti jadi pemimpin di negeri ini.

Pesan pendek yang konon dari Bos MNC Grup Harry Tanoesoedibjo (HT) kepada Jaksa Yulianto (Y)   itu kini telah jadi gumanan publik.

Menyedihkan. Ya. Sungguh menyedihkan menyimak "pertikaian" antara kedua orang penting ini. Saya tidak akan melihat dari sisi hukum, siapa yang benar dan siapa yang salah. Biarlah hukum yang akan membuktikannya.  Saya hanya tertarik pada  konten komunikasi yang dilakukan oleh HT.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yg dimaksud dapat dipahami.  Komunikasi berisi pesan. Dalam kasus ini   HT bertindak selaku komunikator atau orang yang menyampaikan pesan. Sedang kan Y menjadi komunikan atau orang yang menerima pesan.

Pesan yang disampaikan oleh HT kepada Y, adalah bentuk  arogansi  dan dapat dikategorikan sebagai bentuk acaman. Dalam  pesan itu terbaca jelas HT ingin menunjukkan “kekuasaannya”. Atau lebih tepat "angan-angan" jika dirinya nanti berkuasa.  Ia akan melakukan tindakan tegas kepada oknum penegak hukum yang berbuat semena-mena (kepada dirinya) jika nanti menjadi pemimpin negeri ini.

Menyedihkan apa yang dilakukan oleh HT. Ia tidak mampu mengotrol diri, dan berujung tidak mampu  mengontrol emosinya. Mestinya ia tidak perlu melakukan hal itu yang menurut saya kekanak-kanakan. Ia mestinya bisa bermain lebih cantik dan tidak terlihat oleh publik. Mengingat ia adalah ketua partai politik, yang menurut dirinya calon pemimpin negeri ini. Sangat disayangkan.

Apalagi menurut Yulianto, setelah pesan pendek tersebut diterima, beberapa hari kemudian pemberitaan tentang dirinya dimuat dengan tidak berimbang oleh media-media  dibawah bendera MNC grup. 

Kasus ini semakin menarik setelah anggota Komisi III dari Partai Demokrat Ruhut Sitompul juga angkat bicara. Ruhut seperti dikutip beberapa media sangat mendukung apa yang dilakukan oleh Yulianto yakni melaporkan HT ke Bareskrim Polri. Kita tunggu saja endingnya. Salam. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun