Mohon tunggu...
Kenzie Levi Chandra
Kenzie Levi Chandra Mohon Tunggu... Programmer - Siswa SMA Kolese Kanisius Jakarta

Ad maiorem Dei gloriam

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengapa Eropa Mengejar Rempah-Rempah Indonesia, Sejarah dan Masa Depan Rempah-Rempah

9 September 2024   12:00 Diperbarui: 9 September 2024   12:49 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://jalurrempah.kemdikbud.go.id/

Mengapa Bangsa Eropa Mengejar Rempah-Rempah?
Wilayah Eropa tidak mendukung untuk bertani. Wilayah Eropa yang memiliki 4 musim menyebabkan kesulitan dalam bertani dan menumbuhkan rempah-rempah yang diperlukan. Alhasil, makanan di wilayah Eropa, seperti ditunjukkan di food map di atas, mayoritas sangat hambar sehingga rakyat di Eropa menginginkan rasa yang baru. Mengingat konteks situasi di masa lampau, masyarakat Eropa masih sering melakukan peperangan, sehingga membutuhkan suatu sumber energi yang tidak hanya bergizi tetapi juga enak untuk dikonsumsi. Sebenarnya, Eropa sudah dapat memproduksi rempah seperti cabai dan garam, tetapi ada beberapa alasan lain mengapa Eropa mengincar rempah-rempah.

Rempah-rempah tidak hanya digunakan sebagai penyedap rasa makanan, tetapi juga dapat digunakan sebagai pengawet daging, obat-obatan, bahkan parfum dan kosmetik lainnya. Dalam konteks Eropa di masa lampau, peperangan yang memakan waktu yang panjang dan mencakup wilayah yang luas sering terjadi. Untuk menjaga kesehatan dan gizi prajurit, tentunya mereka perlu makan. Oleh karena itu, rempah-rempah tidak hanya digunakan untuk menyedapkan rasa makanan tetapi juga untuk mengawetkan daging agar dapat dikonsumsi selama perang.

Perdagangan Rempah-Rempah Sebelum Campur Tangan Eropa
Indonesia, atau dulunya dikenal juga sebagai Nusantara, memiliki lebih dari 60% jenis rempah yang ada di dunia. Jauh sebelum bangsa Eropa menjajah wilayah Indonesia pun, Indonesia sudah memiliki hubungan perdagangan rempah internasional yang dikenal sebagai Jalur Rempah. Menurut artikel oleh Kemdikbud, datangnya penutur bahasa Austronesia ke wilayah Nusantara sekitar 4.500 tahun lalu menjadi awal dari pertukaran rempah antarpulau di Indonesia Timur. Budaya mereka inilah yang menjadi awal lahirnya budaya bahari yang melayarkan rempah secara internasional. Buktinya pada abad ke-1 M, seorang astronom Yunani bernama Claudius Ptolomaeus menulis Guide to Geography, peta kuno di mana di dalamnya tercantum nama sebuah kota bernama Barus, yakni kota yang berada di Sumatera.

https://jalurrempah.kemdikbud.go.id/
https://jalurrempah.kemdikbud.go.id/

Mayoritas perdagangan rempah dilakukan melalui bantuan sarana perahu, ketika masyarakat asing datang ke Indonesia atas berbagai alasan. Berlaku juga sebaliknya. Salah satu contohnya merupakan kisah di mana konon seorang kaisar Han dari Tiongkok  mengharuskan pejabat-pejabat tingginya mengulum rempah cengkih bila menghadapnya. Dalam catatan-catatan sejarah Tiongkok, terdapat satu bertanggal 1350 yang menulis jung Tiongkok langsung berlayar dari Tiongkok ke daerah Maluku untuk memperoleh rempah cengkih.

Apakah "Rempah-Rempah" Masih Hadir Dalam Dunia Modern?
Pada era pra-kolonialisme dan kolonialisme, rempah-rempah menjadi barang yang paling diincar negara-negara seluruh dunia, khususnya Eropa. Ini disebabkan karena berbagai kegunaan rempah-rempah, tidak hanya sebagai penyedap rasa makanan tetapi juga sebagai pengawet, pengharum, bahkan kosmetik. Akan tetapi, perubahan zaman dan kemajuan teknologi menyebabkan penurunan kolonialisme dan penjajahan untuk mendapatkan rempah. Sebaliknya, metode-metode lebih etis digunakan, seperti impor dan ekspor produk. Selain itu, hubungan yang baik telah dijalin antar negara, hampir menghilangkan sepenuhnya potensi terjadi kolonialisme untuk rempah-rempah lagi. Lalu, apa barang yang mengambil posisi rempah-rempah sebagai suatu yang dikejar semua orang di dunia?

https://www.eia.gov/energyexplained/
https://www.eia.gov/energyexplained/

Kini, rempah-rempah tidaklah lagi suatu barang rebutan. Perdagangan internasional sudah menjadi standar “normal” untuk mendapatkan produk-produk. Akan tetapi, masih ada barang-barang incaran yang dapat disebut sebagai “rempah-rempah modern.” Produk yang menjadi “rempah-rempah” modern merupakan listrik dan bahan bakunya. Pada tahun 2023 sendiri, US menggunakan sekitar 1.19 miliar kW listrik. Listrik menjadi suatu necessity dalam kehidupan sehari-hari masyarakat dunia sekarang, menjadi “barang” incaran semua orang di dunia yang menjadi “rempah-rempah modern.”

sumber

https://docs.google.com/document/d/1MseKQ82r4cit7VMsXreBdwqbt-lDY4WKtaBO7yg2EQQ/edit?usp=sharing

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun