Konsep barang publik dan privat merupakan dua konsep utama dalam ekonomi yang membedakan sifat dan karakteristik suatu barang atau layanan. Barang publik adalah barang atau layanan yang tersedia untuk digunakan oleh semua individu dalam masyarakat tanpa memandang kontribusi finansial mereka, dan tidak mungkin untuk mengecualikan seseorang dari manfaatnya.Â
Ciri khas dari barang publik adalah non-eksklusif dan non-rivalrous, yang berarti bahwa konsumsi oleh satu individu tidak mengurangi ketersediaan untuk individu lainnya. Contoh dari barang publik termasuk jalan umum, penjaga pantai, atau pertahanan nasional.Â
Sementara itu, barang privat adalah barang atau layanan yang dimiliki secara pribadi dan hanya tersedia untuk konsumsi oleh individu yang membayar untuk aksesnya. Barang privat memiliki sifat eksklusif dan rivalrous, yang berarti bahwa pemiliknya dapat mengecualikan orang lain dari mengaksesnya, dan konsumsi oleh satu individu mengurangi ketersediaan untuk individu lainnya. Contoh barang privat meliputi makanan, pakaian, atau mobil pribadi.
Dalam ekonomi, perbedaan antara barang publik dan privat memiliki implikasi yang signifikan dalam hal alokasi sumber daya dan peran pemerintah. Karena sifatnya yang non-eksklusif dan non-rivalrous, barang publik seringkali tidak diproduksi secara efisien oleh pasar bebas karena masalah seperti kurangnya insentif untuk produsen swasta atau masalah pembiayaan.Â
Oleh karena itu, pemerintah seringkali terlibat dalam penyediaan barang publik melalui perpajakan dan pembangunan infrastruktur. Di sisi lain, barang privat biasanya diproduksi dan didistribusikan melalui mekanisme pasar, dengan harga yang mencerminkan biaya produksi dan permintaan konsumen. Pengaturan pemerintah dalam barang privat biasanya berkaitan dengan memastikan keamanan, kualitas, dan keadilan dalam pasar.
Selain itu, perbedaan antara barang publik dan privat juga memiliki implikasi dalam analisis eksternalitas dan teori permainan. Karena sifat non-eksklusif dan non-rivalrousnya, keputusan individu untuk menggunakan atau tidak menggunakan barang publik dapat menghasilkan dampak eksternal yang signifikan bagi masyarakat secara keseluruhan.
 Misalnya, penggunaan energi terbarukan dapat memberikan manfaat bagi seluruh masyarakat dalam bentuk lingkungan yang lebih bersih. Sementara itu, dalam teori permainan, konflik kepentingan individu dan kepentingan kolektif dalam konsumsi barang publik sering menjadi subjek analisis untuk memahami strategi dan interaksi antara pemangku kepentingan yang berbeda.
Contoh yang lebih jelasnya yaitu Barang Milik Negara dan Barang Publik. Barang Milik Negara (BMN) merupakan istilah yang kerap digunakan dalam konteks administratif pemerintahan untuk merujuk pada aset atau barang yang dimiliki oleh negara atau pemerintah, baik yang diperoleh melalui pengeluaran anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) maupun melalui sumber perolehan lain yang sah seperti hibah, sumbangan, kontrak, atau putusan pengadilan.Â
Definisi BMN secara resmi diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (PP 27/2014), yang kemudian diubah dengan PP 28 tahun 2020. BMN ini dapat mencakup beragam jenis aset, mulai dari bangunan perkantoran hingga infrastruktur publik seperti jalan dan jembatan. Pentingnya pengelolaan BMN dipahami dalam suatu siklus logistik yang meliputi berbagai tahapan mulai dari perencanaan, pengadaan, penggunaan, hingga pemusnahan atau penghapusan barang.
Sementara itu, konsep barang publik dalam ekonomi mengacu pada barang atau layanan yang memiliki dua sifat pokok: non-rival dan non-excludable. Barang yang non-rival berarti konsumsi oleh satu individu tidak mengurangi ketersediaan barang tersebut bagi individu lain, sementara barang yang non-excludable berarti tidak ada yang dapat menghalangi individu lain untuk menggunakan barang tersebut.
 Barang publik sering dijadikan contoh untuk menjelaskan konsep sifat-sifat ini, seperti jalan raya atau penjaga pantai. Namun, penting untuk dicatat bahwa kedua sifat tersebut harus hadir secara bersamaan agar suatu barang dapat dikategorikan sebagai barang publik.
Dari perbandingan antara BMN dan barang publik, terlihat bahwa keduanya memiliki perspektif yang berbeda dalam pengklasifikasian. BMN lebih menekankan pada asal-usul atau sumber perolehan barang, di mana suatu barang dianggap sebagai BMN jika dimiliki oleh negara atau pemerintah, baik dari anggaran negara maupun sumber lain yang sah.Â
Di sisi lain, konsep barang publik lebih menekankan pada sifat-sifat intrinsik dari barang tersebut, di mana suatu barang dianggap sebagai barang publik jika memiliki sifat non-rival dan non-excludable. Meskipun demikian, terdapat irisan antara keduanya dalam hal bahwa sebagian BMN, terutama yang diperoleh dari APBN, dapat berupa barang publik jika memenuhi kriteria sifat-sifat tersebut. Namun, tidak semua BMN memiliki sifat-sifat yang membuatnya memenuhi definisi barang publik, sehingga perbedaan antara keduanya tetap signifikan.
Dalam konteks perbandingan antara Barang Milik Negara (BMN) dan barang publik, terdapat tiga kategori yang dapat diidentifikasi. Pertama, BMN yang bukan barang publik, seperti gedung kantor pemerintahan. Meskipun masyarakat dapat mengunjungi gedung tersebut untuk mendapatkan layanan, namun area kerja yang terbatas bagi pegawai membuatnya tidak sepenuhnya dapat diakses oleh masyarakat umum.Â
Kedua, barang publik yang bukan BMN, contohnya adalah taman di mall. Meskipun taman tersebut dapat dinikmati oleh semua orang tanpa hambatan, namun karena disediakan oleh pemilik mall (individu atau swasta), maka taman tersebut bukanlah BMN. Ketiga, BMN yang juga merupakan barang publik, seperti lampu lalu lintas atau jembatan yang dibiayai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan dapat dimanfaatkan oleh semua masyarakat tanpa hambatan.
Di luar dari tiga kategori tersebut, terdapat barang privat yang disediakan oleh sektor swasta, seperti handphone atau sepatu. Untuk memperoleh barang tersebut, masyarakat harus memberikan kompensasi kepada penjual. Meskipun demikian, pada prinsipnya, pemerintah berupaya untuk menyediakan barang yang dapat dimanfaatkan demi tercapainya kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat, baik itu melalui penyediaan BMN maupun dukungan terhadap barang publik yang memberikan manfaat secara luas bagi masyarakat.
Dengan demikian, meskipun BMN dan barang publik memiliki perbedaan dalam perspektif pengklasifikasian, keduanya memiliki peran yang penting dalam konteks pemerintahan dan ekonomi. BMN menjadi bagian integral dari kekayaan negara yang digunakan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi pemerintahan, sementara barang publik menjadi fokus dalam analisis ekonomi terutama terkait alokasi sumber daya dan pembangunan infrastruktur publik yang memenuhi kebutuhan masyarakat secara keseluruhan.