Itu karena tanggal 12 Maret Solo --iya, kota yang barusan kami kunjungi---mengumumkan pasien Covid pertama mereka meninggal dan memberlakukan lock-down. Hingga kini, nyaris setahun, kami belum makan di warung atau restoran sekali pun.
Dear Covid-19, tahukah kamu perubahan apa yang telah kamu sebabkan? Banyak! Banget! Perusahaan besar bangkrut, orang-orang kecil kehilangan nafkah, pasangan terpisah --dalam arti fisik maupun psikis---dan... orang-orang yang kami sayangi pergi untuk selamanya. Hal kecil yang dulu serba gampang kini serba ribet.
Di masa-masa yang begitu muram, seperti biasa, manusia mencari cara buat bertahan. Aku kaget sendiri menyadari aku masih waras hingga ini. Aku menjalani hari dengan cara-cara yang sungguh nggak pernah terbayang sebelumnya. Bukan cara yang hebat atau drastis, sih, tapi bukan aku banget.
Di awal lockdown, dunia serasa sangat muram bagiku. Cemas dan takut melingkup. Aku menangis saat berdoa. Budhe --ART kami---kami liburkan sementara, bikin rumah berantakan dan kerjaanku memberat. Job order kosong sama sekali. Rekening menipis. Suami bekerja dari rumah dan penghasilannya juga turun, padahal cicilian utang nggak berhenti.
Kami berusaha menghibur diri sebisa-bisanya, mulai dari berkebun hingga memanggang kue. Dalam upaya bertahan dan menjaga kewarasan mental secara tak terduga tahun 2020 menjadi 'tahun pertama'.
Tahun pertama aku belanja sayur lewat pesan-antar.
Tahun pertama aku memasang zoom dan menjalankan aneka komunikasi lewat aplikasi itu.
Tahun pertama aku ikut pelatihan online.
Tahun pertama aku nonton drakor.
Tahun pertama aku nonton film di hape (Netflix, dst).
Tahun pertama kami sepedaan sekeluarga.