Mohon tunggu...
Feliciano K. Sila
Feliciano K. Sila Mohon Tunggu... Peziarah di Jalan Kehidupan

Menulis untuk menghidupi ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kidung Perang

8 Maret 2022   05:14 Diperbarui: 8 Maret 2022   05:17 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

I
Nyanyian perang diiringi irama dentuman senapan dan bom
dalam konser duka berkepanjangan
bukan sorak dan gemuruh tepukan tangan
melainkan tangisan duka, air mata dan darah. 

II
Kidung perang, kidung nestapa
porak-poranda negeri dan seisinya
korban berjatuhan dan damaipun tiada. 

III
Barisan panjang ibu dan anak, kakek dan nenek
pergi tinggalkan para lelaki yang terpaksa bertahan
tanpa membawa apa-apa, cuma harapan akan selamat
terhindar dari kejaran malaikat maut. 

IV
Kidung perang bukan konser terbaik
di panggung dunia
tiada pemenang, tiada yang kalah
sama-sama kalah di hadapan kemanusiaan. 

V
Gugur sudah kembang pagi
oleh tamaknya kekuasaan
gugur pula jiwa putih
oleh persaudaraan yang telah mati.   

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun