"Entah berapa lama dan berapa kali engkau menerawang pada ketiadaan dengan pikiran kosong dan berharap semuanya menjadi lain?", batinku memandang jauh menembusi padang sabana, keemasan diselimuti berkas-berkas cahaya senja. Hari-hari ini semua terasa sepi. Tiada lagi hiruk-pikuk yang kadang membuat pening. Semua orang berdiam di rumah, bergumul dengan kecemasan akan ritme hidup yang tak lagi normal.Â
Banyak kali kita termenung, membayangkan kalau semuanya baik-baik saja. Atau menghendaki sekiranya jalan hidup berputar arah, menemukan tujuannya yang terbaik. Namun, seringkali yang kita hadapi adalah apa yang kita hadapi, kenyataan, bukan impian.Â
Matahari perlahan-lahan pergi. Tinggal semburat hitam di ujung bukit selepas padang. Mungkin besok ada kisah lain, paling kurang yang dapat menenangkan pikiran dan jiwa. Tiada berlebih. Siapa yang mampu meraba-raba hari esok?Â
Lamunan senja berakhir sampai di sini. Helaan napas panjang mengiringku masuk ke rumah seperti kebanyakan orang. Menetap hingga waktu yang tepat untuk kembali melintasi jalanan. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H