Mohon tunggu...
Feliciano K. Sila
Feliciano K. Sila Mohon Tunggu... Relawan - Peziarah di Jalan Kehidupan

Menulis untuk menghidupi ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lamunan Senja

18 Januari 2021   02:12 Diperbarui: 18 Januari 2021   02:13 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Entah berapa lama dan berapa kali engkau menerawang pada ketiadaan dengan pikiran kosong dan berharap semuanya menjadi lain?", batinku memandang jauh menembusi padang sabana, keemasan diselimuti berkas-berkas cahaya senja. Hari-hari ini semua terasa sepi. Tiada lagi hiruk-pikuk yang kadang membuat pening. Semua orang berdiam di rumah, bergumul dengan kecemasan akan ritme hidup yang tak lagi normal. 

Banyak kali kita termenung, membayangkan kalau semuanya baik-baik saja. Atau menghendaki sekiranya jalan hidup berputar arah, menemukan tujuannya yang terbaik. Namun, seringkali yang kita hadapi adalah apa yang kita hadapi, kenyataan, bukan impian. 

Matahari perlahan-lahan pergi. Tinggal semburat hitam di ujung bukit selepas padang. Mungkin besok ada kisah lain, paling kurang yang dapat menenangkan pikiran dan jiwa. Tiada berlebih. Siapa yang mampu meraba-raba hari esok? 

Lamunan senja berakhir sampai di sini. Helaan napas panjang mengiringku masuk ke rumah seperti kebanyakan orang. Menetap hingga waktu yang tepat untuk kembali melintasi jalanan.    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun