Hampir delapan bulan dunia tempat kita hidup diterjang virus mematikan yang namanya sudah terlalu tenar. Kehidupan manusia tiba-tiba berubah total. Sebuah ancaman nyata namun pada saat yang sama tak terpandang mata menjungkirbalikkan kemapanan hidup manusia dan menuntut semua orang untuk merubah secara drastis skema hidup pribadi dan sosial.Â
Hubungan antar manusia pun mengadopsi norma-norma baru. Apa yang sebelumnya dipercaya sebagai kemapanan baik secara individu maupun secara bersama, tiba-tiba runtuh. Ternyata tiada yang abadi, tidak juga keyakinan akan keperkasaan manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi.Â
Kita lalu memandang masa depan sebagai sesuatu yang suram dan muram. Rencana dan rancangan jangka menengah dan panjang menjadi tidak pasti. Segalanya hanya bertahan untuk jangka pendek. Apa yang dapat kita lakukan besok dan apa yang akan terjadi dengannya.Â
Mimpi masa depan menjadi semakin runyam tatkala sistem hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara pun tidak mampu memberikan jaminan bahwa pandemi ini akan berakhir dalam kurun waktu tertentu. Semua bidang kehidupan kembali merangkak, meraba-raba ke mana dan harus bagaimana menata hidup, paling kurang untuk berdamai dan hidup berdampingan dengan musuh tanpa wajah ini.Â
Kita lalu mengenal atau lebih tepatnya diperkenalkan dengan term "New Normal", tatanan hidup normal baru dengan segala aturan mainnya. Kita tidak lagi baik-baik saja, apalagi dunia kita, meski ada slogan yang memberi harapan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Tidak, semuanya sedang dan tidak akan baik-baik saja.Â
Lihatlah ke dalam dan ke sekelilingmu. Apakah semuanya baik-baik saja? Kitapun tidak sedang berada dalam tatanan hidup normal. Karena itu semestinya kita memperjuangkan sebuah tatanan hidup baru, bukan hidup normal baru. Kita tentunya tidak ingin kembali ke kehidupan kita yang normal sebelumnya.Â
Karena ternyata yang normal sebelumnya bertanggungjawab atas apa yang sedang dialami kemanusiaan sekarang ini. Kalau kita mau agar mimpi masa depan sedikit menjadi lebih benderang maka segala sistem kehidupan baik pribadi maupun berbangsa dan bernegara seluruh umat manusia haruslah berubah. Kita harus mampu keluar dari pandemi ini dengan sistem hidup baru.
Sayangnya, di tengah perjuangan melawan pandemi ini yang telah menelan jutaan nyawa manusia, masih ada saja isu-isu nomor dua yang ditiupkan agar menjadi nomor satu. Akibatnya, perhatian dan kekuatan kita terbagi-bagi. Bagaimana kita bisa melawan musuh tak tampak ini kalau kita terus bermusuhan antar sesama umat manusia?Â
Karena itu, masing-masing kita sebagai individu dan warga dunia, dalam situasi serba baru ini, dipanggil untuk meninggalkan ego dan kepentingan sendiri dan bahu-membahu menciptakan sebuah tatanan hidup yang benar-benar baru. Kalau kita hanya sekedar ingin kembali kepada kehidupan normal sebelumnya, maka kita belum benar-benar belajar dari krisis pandemi ini. Mimpi kita seharusnya adalah memulai sebuah sistem kehidupan baru dalam segala bidang. Â
  Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H