Di pelupuk mata, jiwa terbangun menengadah ke angkasa, hingga ke hadirat Yang Kuasa, menghantar permohonan dari kedalaman kontemplasi.Â
Di hadirat Sang Segala Ada, mata terpejam, tangan terkatup, jatuh berlutut.Â
Air mata mengalir, bukan sedih, bukan duka. Jiwa mengembara, jauh memandang dari jendela keabadian. Dalam diam.Â
Di pelupuk mata, saudara kemanusiaan saling berpelukan, lupakan perbedaan, tinggalkan primordialisme sesat. Kita adalah satu. Untuk semua. Â
Inilah kita, dengan segala adanya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H