Lolongan anjing terdengar dari kejauhan. Malam telah benar-benar mati. Senyap mengubur bumi. Tiada jiwa bergentayangan. Pergi entah ke mana. Lolongan itu menambah seramnya malam. Pekat bak tak berpenghuni.Â
Dari jauh terdengar kabar kalau Pertiwi kian menua. Belakangan sakit-sakitan. Lunglai. sembab matanya berderai air mata, sebab anak-anaknya tenggelam dalam permainan dadu. Mencari pamor, Â menggeser posisi. Tiada yang peduli.Â
Malam telah benar-benar mati seperti jiwa-jiwa meregang nyawa hari-hari ini. Kabarnya ada angin jahat menyerang, entah dari mana datangnya. Semua berperang melawan musuh tak berupa. Sementara itu, anak-anak Pertiwi tak ambil pusing, sibuk memainkan dadunya. Mereka tidak percaya tanpa melihat. Saudara-saudaranya jauhnya si Thomas.Â
Pekat mengajarkan mawas diri. Siap-sedia menangkal musuh. Hidup itu perjuangan dan Pertiwi kian menua. Lolongan anjing di kejauhan membangunkan anak-anak Pertiwi, jangan cuma sibuk bermain dadu. Ibu mengiba, lekas berbalik sebelum terlambat.   Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H