Santo Arnoldus Janssen, Bapa Pendiri tiga Konggregasi: Serikat Sabda Allah (SVD), Suster-Suster Abdi Roh Kudus (SSpS) dan Suster-Suster Abdi Roh Kudus Adorasi Abadi (SSpS AP), terpanggil untuk menjawabi kebutuhan Gereja, khususnya, dan kebutuhan dunia, pada umumnya.Â
Dia bukan saja berhasil menjawabi kebutuhan zamannya tetapi turut berandil dalam menjawabi kebutuhan Gereja dan dunia hingga kini, berkat kehadiran yang berkesinambungan dan berkelanjutan dari para misionarisnya di berbagai pelosok dunia.Â
Karena itu, spirit misinya menembusi ruang dan waktu. Zaman boleh berubah, tempat boleh berbeda, namun semangat misi awal terus merasuki mereka semua yang menghidupi spiritualitasnya, sambil memperbaharui spirit yang sama sesuai tuntutan zaman.
Kehadiran dan karya misi anak-anak rohani Santo Arnoldus di tanah air kita Indonesia, umumnya, dan di tanah Timor, khususnya, juga terus berkembang mengikuti dinamika perubahan zaman.Â
Setelah lebih dari 144 tahun sejak berdirinya rumah misi pertama di Steyl (1875), di negeri Kincir Angin, dan lebih dari 106 tahun sejak kehadirannya di tanah Timor dan Indonesia (1913), yang berawal di Lahurus, di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, ada beberapa aspek kehidupan Santo Arnoldus Janssen yang menurut kami bisa menjadi teladan untuk kita di zaman pos-modern dan super canggih ini dan tentunya untuk prospek masa depan. Â
- VisionerÂ
Santo Arnoldus Janssen boleh dibilang adalah seorang visioner untuk zamannya. Ia telah berpikir melampaui waktu, menjawabi kebutuhan masa depan. "Bagaimana mungkin negara sebesar Jerman tidak memiliki sebuah Seminari misi?", demikian pikir Arnoldus muda.Â
Mimpinya yang oleh kebanyakan orang di sekitarnya dilihat sebagai sebuah angan-angan belaka, ternyata terbukti adanya. Ia telah berpikir melewati sekat ruang dan waktu.Â
Ia bermimpi bukan hanya untuk negerinya dan bukan hanya untuk zamannya. Ia tidak kehabisan akal ketika menghadapi kendala untuk mendirikan rumah misi di negerinya sendiri karena situasi negara yang tidak memungkinkan. Ia melewati batas negaranya dan pergi membangun rumah misi di Steyl, sebuah perkampungan kecil di negeri Belanda, daerah perbatasan dengan tanah kelahirannya, Goch, Jerman.
Misionaris-misionaris pertama yang kemudian dikirim ke China waktu itu bukan sebuah hal yang biasa. Saat ini, para misionaris SVD hadir di 82 negara di lima benua, adalah sebuah pencapaian yang juga tidak biasa.
Mimpi, cita-cita, niat dan kehendak kita tidak mesti pupus begitu saja hanya karena kita menghadapi kendala untuk mewujudkannya. Kata orang, Tuhan bisa saja menutup sebuah pintu, tetapi Ia selalu membuka jendela lain untuk kita. Dan Tuhan tidak memberikan ujian di luar batas kemampuan kita. Atau, Tuhan hanya memberikan ujian berat kepada prajurit-prajurit-Nya yang perkasa. Â Â
Setiap masa dengan berbagai gejolaknya menuntut dari kita sebuah jawaban. Jawaban yang tidak saja untuk hari ini tetapi yang bisa berkesinambungan untuk masa depan. Terkadang kita memang tidak punya satu jawaban pasti. Yang kita punya adalah jawaban-jawaban terbuka.Â