Temaram, sunyi dan sepi seisi kampung padahal mentari baru saja condong ke barat, siang barusan pamit dan malam belum benar-benar turun. Entah ke mana para penghuninya. Cuma lampu-lampu jalanan yang cemerlang sekedar memecah kesunyian.Â
Di ujung jalan sudut kampung terdengar suara gaduh memecah bisu. Tapi tak jelas entah suara apa. Manusia atau binatang. Makluk hidup atau benda mati.Â
Cahaya rembulan perlahan melirik dari balik selimut awan. Teduh, sepertinya turut heran dengan suasana kampung yang tak biasa. Mungkin virus yang lagi viral memaksa semua penghuni kampung menikmati kesendirian, memaksa diri bertahan di kediaman masing-masing dan mulai kehilangan kontak.Â
"Cemas ini keterlaluan. Takut ini menggerogot. Panik ini tak berujung. Akal sehat kehilangan arah. Hidup sosial kehilangan haluan", - mau bagaimana lagi?Â
"Ah, kau Corona, sungguh terlalu!" Â
*****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H