Saat ini, ketegangan politik di Libya kian menjadi-jadi. Situasi terakhir, pihak oposisi Libya mendapat dukungan dari AS dan negara Eropa setelah Moammar Khadafi mengirim pasukan untuk merebut kembali daerah-daerah yang dikuasai demonstran.
Pergerakan rupiah terus menguat menuju level Rp 8.800. Kurs mata uang rupiah terhadap dollar AS di pasar spot antarbank Jakarta pada Senin pagi menguat sebesar 14 poin ke posisi Rp 8.828 dibanding sebelumnya yang sebesar Rp 8.842.
Pengamat pasar uang dari Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih di Jakarta, Senin (28/2/2011) mengatakan, penguatan rupiah bersamaan dengan penguatan mata uang Asia lainnya terbantu oleh redanya reli minyak mentah di tengah berkurangnya kecemasan kerusuhan Libya. "Redanya rally minyak dan penguatan mata uang dibeberapa negara Asia membuat rupiah melanjutkan penguatan," katanya.
Kontrak harga emas untuk pengantaran April menembus rekor tertinggi sepanjang sejarah setelah penutupan pasar Comex New York. Pada pukul 13.49 waktu New York, harga emas bertengger dengan kenaikan 21,30 dollar AS atau 1,5 persen sehingga berada di posisi 1.431,20 dollar AS. Rekor sebelumnya berada di posisi 1.432,50 dollar AS per troy ounce.
Kontrak harga emas menembus rekor baru di New York pada posisi 1.435,60 dollar AS per troy ounce (1 troy ounce = sekitar 31,1 gram). Rupanya ketegangan di Libya mendongkrak permintaan emas sebagai investasi alternatif.
Sementara itu, kontrak harga emas untuk pengantaran terkini naik 1,7 persen ke rekor tertinggi sepanjang sejarah ke posisi 1.434,93 dollar AS. Pada 16.01 waktu New York, harga emas naik 1,6 persen menjadi 1.434,27 dollar AS.
"Kekerasan yang terus berlangsung di Timur Tengah mendorong banyak investor membeli emas. Hal ini mendorong harga emas menembus level baru," jelas Frank McGhee, head dealer Integrated Brokerage Services LLC di Chicago. Dia menambahkan, saat ini pemulihan ekonomi dunia tersendat. Melonjaknya harga minyak di atas level 100 dollar AS akan mendorong pemerintah kembali menggelontorkan uang ke dalam sistem finansial. "Saya cemas stagflasi akan terjadi lagi," kata McGhee.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H