Mohon tunggu...
Ken Adam
Ken Adam Mohon Tunggu... -

Saya paling hobby membaca buku, dengar musik dan bermain bulutangkis. Lokasi: Sunter, Jakarta Utara.

Selanjutnya

Tutup

Money

Warga Ceko Minati Kain-kain Tradisional Dari Indonesia

7 Agustus 2010   09:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:14 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penduduk kota Plzen, Ceko, antusias menyaksikan keindahan kain-kain tradisional Indonesia. Menariknya lagi, presentasi kain-kain tradisional itu dilakukan oleh warga Ceko, yang pernah menimba ilmu di Indonesia. Menurut Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Praha, sebanyak 50 kain tradisional dari seluruh Indonesia dipamerkan di Galeri Manumade, yang telah berusia sekitar 500 tahun. Karya anak-anak bangsa itu dipamerkan mulai 5 Agustus sampai 2 September 2010. Para pengunjung bisa menyaksikan kain Batik khas Solo, Yogyakarta, Madura, Pekalongan dan Cirebon. Selain itu juga dipamerkan Ulos Sumatra Utara, Tapis Lampung, Tenun Sumba, dan kain khas Bali. "Masing-masing kain diberi keterangan dalam Bahasa Ceko yang mempermudah para pengunjung memahami filosofi dari setiap motif yang dipamerkan," ujar Kuasa Usaha KBRI Praha, Azis Nurwahyudi, saat membuka pameran pada Kamis, 5 Agustus 2010. Saat pembukaan pameran, para pengunjung diberi penjelasan langsung dalam Bahasa Ceko oleh Sona Cermakova. Dia adalah mantan penerima program beasiswa "Darmasiswa" di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Dalam presentasi selama sekitar dua jam, Sona, yang fasih berbahasa Indonesia dan Jawa, menjelaskan berbagai perbedaan Batik dan kain-kain dari berbagai daerah lainnya. Sona tidak lupa menceritakan proses pembuatan Batik yang dilengkapi dengan contoh langkah-langkah pembuatannya. Para pengunjungpun dapat langsung mengenal apa yang disebut dengan membuat pola, menorehkan malam dengan canting, sampai selesai dibuatnya sebuah motif Batik. Selain presentasi sejumlah kain, Sona juga menjelaskan seni wayang. Dia memberi contoh perbedaan Wayang Kulit dengan Wayang Golek, dan menceritakan keindahan alam serta kehidupan masyarakat Indonesia melalui berbagai foto yang dibuatnya selama tinggal di Yogyakarta. Para pengunjung juga antusias untuk bertanya mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan pengalamannya selama mengikuti program Darmasiswa. Selepas acara, beberapa anak muda di kota Plzen, yang terkenal dengan produksi bir, mengerumuni Sona dan bertanya tentang program beasiswa tersebut. Menurut Nurwahyudi, pameran ini merupakan bentuk dukungan Indonesia kepada kota Plzen, yang tengah bersaing meraih predikat sebagai Ibu Kota Budaya Eropa Tahun 2015.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun