Mohon tunggu...
Kens Hady
Kens Hady Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang yang biasa, yang kadang suka menulis

Black Dew

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tantangan Ruang Publik Masa Depan

30 September 2015   23:56 Diperbarui: 30 September 2015   23:59 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 

Dalam berbagai banyak teori sudah jelaskan bahwa ruang publik adalah ruang yang benar benar untuk kepentingan publik. Interaksi dan kominukasi masyarakat, baik secara personal maupun komunal. Juga tidak adanya batas waktu untuk masyarakat mengakses ruang publik tersebut. Jadi jam berapapun kita butuh, ruangpublik itu selalu ada dan tesedia. Selai itu, saat berada di ruang publik, kita tidak perlu khawatir saat kita dompet kita ketinggalan, karena sepenuhnya yang namanya ruang publik itu bebas alias gratis.  Mengetahui itu rasanya sangat menyenangkan, apalagi sebagai warga  yan selalu beraktivitas di dalam kota, jelas sangat membutuhkan ruang publik yang bisa menyegarkan dan membuat nyaman. Dalam hal ini ruan publik yang berupa taman kota, tempat hiburan rakyat.

Tapi nyatanya, saat kita hendak mengakses ruang publik yang ada, kita seakan dikecewakan, Seperti di taman kota, tempat duduk yang ada rusak ataupun hilang. Kalaupun ada dalam keadaan yang jorok. Atau jika berupa jalan setapak atau trotoar, yang ada banyak kerusakan yang belum juga diperbaiki meskin pemandangan tersebut sudah berbulan bulan. Atau dilain waktu, saya temukan, sebuah taman, sebenarnya cukup enak, nyaman, tapi sepi jarang ada yang datang untuk menikmatinya.

Dari serangkaian perjalanan di beberapa ruang publik yang ada, saya mencatat kenapa ruang publik yang sudah diusahakan oleh pemerintah, seperti tidak berguna,tidak berhasil alias gagal menjadi ruang publik yang mestinya mempunyai banyak fungsi. Seperti : 

Kurangnya akses menuju ruang publik yang ada.

Akibatnya, banyak masyarakat yang enggan datang, karena merasa repot untuk pergi ataupun pulang.

Kurangnya sarana prasaaran yang memadai

Tidak jarang di taman kota, untuk tempat duduk yang ada terhitung minim. Sehingga pengunjung, yang tadinya pengin duduk menikmati pemandangan yang ada berpikir untuk lebih baik tidak, daripada duduk di tempat yang membuatnya risih. Di ruang publik seperti haltepun, bila tidak ada fasilitas duduk, akhirnya hanya menjadi tempat berkumpulnna debu jalanan.

Kurangnya perawatan dari ruang publik tersebut.

Taman yan penuh dengan sampah plastic, terminal  di mana banyak bekas air minum dan tempat makan berserakan, semuanya membikin para pengguan sangat malas.

Dan masih banyak lagi yang mungkin bisa satu buku untuk menuliskan hal hal yang sejenis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun