Saat mendengar "Tubing Lava Bantal"  pikiran saya langsung melayang membayangkan main air bersama benda bernama bantal. Kayaknya asyik bisa terlentang tenang beralaskan bantal di atas air. hehe. Dan ternyata saya salah besar. Lava Bantal ternyata sebuah tempat di Sungai Opak yang kondisi alamnya mirip dengan sususan bantal.  Bebatuan yang berumur ribuan tahun, yang dulunya  pegunungan di dasar laut. Artinya dulu Sungai Opak ada di kedalaman dasar laut. Wow.. artinya jamaan duluuuu buanget, daerah Berbah Yogyakarta  merupakan dasar laut.Â
Ohya ya, sampai lupa Lava Bantal itu di mana ya? heheh Saya sendiri pas kemaren tanggal 18 Februari 2017 bersama rombongan teman, datang ke sana dengan tersasar-sasar. Kebetulan maps GPS terhalang oleh sinyal yang sedang ngambek. Ketika pas sampe eh ternyata sampai pada ujungnya tempat di mana Lava Bantalnya berada.  Kemudian mbak Cecil yang biasa saya panggil mbak Riana kontak dengan pihak pengelola. Alhasil kami pindah ke  temmpat yang menjadi start. Karena saya kira itu tempat startnya, saya yang sudah kadung lepas sepatu, daripada ribet, akhirnya saya ber-nyeker ria naik motor menuju titik start. Ternyata eh ternyata, tempatnya sudah kami lalui, hanya saja karena gak melihat penunjuk yang mengarahkan ke tempat tubing, kami jadi "nyasar" ke tempat finishnya.
Ketika kita hendak menjajal tubing, kita ada pilihan tiga macam penjelajahan :
1. Penjelajahan Panjang dengan tiket sebesar Rp.55.000,- untuk wisatawan lokal, Jika wisatawan manca berbeda tarifnya. Memerlukan waktu sekitar satu setengah jam. Tergantu kondisi air sungai. Biasanya bila baru turun hujan, arusnya akan lebih deras dan waktu yang diperlukan lebih cepat.
2. Penjelajahan Pendek, dengan tiket sebesar Rp. 30.000,- untuk wisatawan lokal.  Jarak yang ditempuk sekitar 200 meter tetapi sungai yan dilalui berbeda dengan yang penjelajahan  panjang. Ada jeram jeram yang harus dilalui. Selain itu memerlukan  peralatan safety yang berbeda dengan  yang sebelumnya.
3. Terusan. Merupakan penjelajahan terusan. Dimulai titik start penjelajahan panjang diteruskan langsung ke penjelajahan pendek, Untuk tiketnya ada diskon Rp. 10.000,- sehingga total tiket yang harus dibayar Rp.75.000.-/ orang.
Petualangan tubing ini terbuka untuk umum. Pria, wanita, tua, muda. Kecuali anak-anak yang berusia di bawah 10 tahun. Jika tadinya minimal 13 tahun, sudah ada peraturan yang baru minimal 10 tahun dengan melihat bentuk fisik yang bersangkutan. Jika secara fisik, ada potensi akan mengalami kesulitan saat tubing, maka pihak pengelola akan memberi penjelasan,
Untuk tiket yang ada bukan secarik kertas, melainkan berukuran memanjang dan dipakaikan di tangan dengan dibuat seperti gelang.
Setelah pengarahan, kami para kompasianer bersiap dengan memakai perlengkapan yang diperlukan. Topi dan rompi pelampung. Bagi yang tidak membawa sandal, pengelola menyediakan sepatu dari bahan karet.  Saran saya, jangan mencoba pakai sandal karena bisa saja terlepas dari jemari kaki pas kaki gatel pengin main air hehehe.  Ohya, pastikan tidak ada barang elektronika yang temans bawa. Handphone, kamera atau apapun kecuali yang memang anti air atau sudah dilindungi dengan pengaman anti air.  Bawa televisi? boleh kalau seumpama tubing  sambil liat dangdutan...wkwkwkw... asal resiko tanggung sendiri, seperti  tidak bisa menyala (Bagaimana mau menyala, karena tak ada listriknya..haha) atau televisinya kecemplung kali Opak.. wkwkwk.. (kali aja barusan belanja televisi ). Semua barang yang berharga bisa dititipkan ke sekretariat operator Tirta Wisata. Dan kamipun bersiap. dikumpulkan berbaris lalu melakukan sedikit pemanasan dengan senam agar otot meregang.
Akhirnya kami berangkat. Membawa masing masing membawa ban. Â Layaknya prajurit yang hendak maju perang, kami sangat bersemangat menuju tepi sungai. Kebetulan saya yang pertama turun ke air. Â Ketua tim dari pengelola menawarkan, hendak sendiri atau saling berpegangan? Â Saya jawab, sendiri sendiri aja mas. Â Dan kamipun satu persatu pun pelan pelan menyusuri sungai Opak. Â Langit yang cerah dan matahari yang belum terasa panas terasa sangat nyaman dinikmati sambil merebah di atas ban. Pohon pohon di pinggiran kalipun terlihat asri. Benar benar serasa menyatu dengan alam.Â