[caption caption="Je Zee dokument"][/caption]
Rembulan masih tergantung di pucuk rumah, saat sepasang mata menatapku penuh syahdu. Perlahan dia mendekat, lalu duduk di depanku dengan kemben malam yang berwarna transparan. Ku balas tatapannya sebentar lalu ku palingkan wajah ini memandangi gemintang yang terlihat satu dua di langit hitam.
“Ken, ketika kita berbicara tentang cinta, maka akan seperti mencari ujung sebuah lingkaran. Hampir tidak akan pernah ada titik temu, mana awal, mana akhir, sebab itu aku berhenti bertanya tentang hal-hal yang mungkin mengganggumu. Seperti pertanyaan “Apa kau mencintaiku?”, juga sebab-sebab mengapa engkau mencintaiku”
Suara itu berakhir dengan sebuah genggaman di tangan ini. menggenggam dengan erat. Dengan refleks mata ini menyatu kembali dengan mata itu. Ah, mata itu semakin meluruhkan kalbu, terlebih saat dia bergerak mendekatkan wajahnya pada wajah ini. Bersama orchestra malam, dia kembali berbisik,
“Tetapi, seperti halnya dirimu, aku pun butuh sebuah penjelasan dari setiap hal yang sering membuatku terjaga, membuka mata meskipun sebenarnya aku lelah, ingin rebah. Iya, terkadang aku pun hampir tidak bisa menahan diriku, ingin bertanya ini itu padamu. Hanya saja, terkadang aku takut, malu, nanti kau mengira aku terburu-buru, grusa-grusu, serba ingin tahu."
Jika ada yang mengatakan cinta adalah reaksi kimia, gabungan feromon, endorfin dan serotonin, mungkin itu benar. Jika ada yang mengatakan cinta itu serumit aljabar, itu mungkin benar juga. Jika ada yang merumuskan cinta dengan gaya, gerak serta medan magnet tertentu, aku rasa itu juga benar.
Semuanya benar ketika berbicara tentang cinta, mereka membuat definisi cinta dari pendekatan yang berbeda. Seorang fisikawan, seorang seniman, hingga seorang laki-laki berkacamata hitam, semuanya memberi pengertian berbeda tentang cinta. Laki-laki berkacamata hitam mengatakan cinta itu buta, padahal ia sendiri sedang membuka mata dan tidak melepas kacamata hitamnya.
Begitu hebat dan luasnya cinta itu, Ken. Hingga setiap orang mempunyai terjemahan sendiri-sendiri, hingga cinta menjadi obsesi. Hingga ada yang memberi nama anak mereka Cinta, hanya untuk benar-benar melihat cinta. Kamu tahu berapa jumlah manusia di bumi ini, Ken? Tidak pernah terhitung, yang mendahului kita, yang masih berupa denyut di dalam perut, semuanya adalah manusia. Yang sudah pasti memiliki terjemahan sendiri-sendiri tentang cinta.
Belum lagi hewan dan tumbuh-tumbuhan. Aku yakin mereka juga mengartikan cinta dengan cara mereka. Buktinya hewan dan tumbuhan juga punya pola hidup yang teratur, bukan ngawur. Luas sekali bukan ketika kita berbicara cinta!? Itu tentang cinta atas sesuatu yang hidup.
Ada pula cinta atas sesuatu yang tidak hidup, pekerjaanmu, kameramu, kenangan, juga masa lalumu. Bukankah itu juga bagian dari cinta? Cinta dengan definisi berbeda, dengan obyek dan sudut pandang berbeda. Lalu, bagaimana cinta menurutmu?