Bisik bisik itu semakin keras menggema. Tidak bisa lagi disebut bisik bisik, karena suara suara itu semakin jelas terdengar. Hanya saja tidak berada di depanku langsung.
***
“Nanti langsung saja ke Paseban Lounge ya.” Suara dari seberang
“Baik, Om…
Mutiara lihat layar smartphone, taksi online yang kupesan, sudah mendekati lokasi di mana menunggu. Syukurlah. Tinggal lima belas menit lagi, aku harus sampai di Hotel Hyatt. Ku rasa cukup dari Bundaran UGM ini. Sebuah Alphard nampak berhenti, seorang paruh baya, terlihat celingukan dan memandangku.
“Mbak Mutiara?”
Aku mengangguk. “Iya, Pak Burhan?” tanyaku memastikan namanya benar benar seperti yang tertera di smartphoneku.
“Iya, mbak. Mau ke Hyaat?” Lelaki tersebut balik bertanya, Juga untuk memastikan. Setelah aku mengangguk, dia segera membukakan pintu. Mobil berjalan melewati jalan Kaliurang. Warung warung tenda tampak sedang berbenah di kanan kirinya. Tidak banyak berubah sejak aku masih mahasiswa dulu. Tempat favorit bagi mahasiswa seperti diriku kala itu. Oseng oseng mercon makanan paling kucari. Mobil berjalan dengan kecamatan sedang. Tidak begitu macet. Sampai di perempatan Kentungan, mobil bergerak lebih cepat. Masuk Ringroad Utara kota Jogja. Ku lirik jam di tangan. Kurang 10 menit dari jam janjian. Seorang pengusaha beberapa hari yang lalu mengirimkan yang isinya ingin memakai jasaku.
***
Susi membelalakan matanya, dan segera menepuk pundak Lina.
“Hei, bukankah itu Mutiara!”
Lina yang ditepuk segera memutar kepalanya. Tampak olehnya sosok yang familiar di matanya. Tetangganya, Mutiara sedang duduk di kursi dekat kolam renang bersama dengan seorang lelaki berpakaian rapi. Dengan lampu yang sedikit remang ditambah lampu warna warni yang berkelap kelip, Bar tersebut terasa romantis.