Langit terlihat masih gelap meski jam sudah menunjukan pukul enam pagi. Setelah berdandan sekedarnya, motor segera kunyalakan dan kupacu. Motor kesayangan yang kubawa dari kampung halaman, teman sejati kemanapun aku pergi.Â
Bahan bakar terlihat full saat kulirik indakator bahan bakar. Sejam lagi harus sampai Surabaya untuk menghadiri sebuah pelatihan. Ketika sampai di perbatasan kota, tampak kendaran seperti ular. Memanjang seperti mengantri.Â
Dan ach, ternyata yang kukhawatirkan terjadi. Sisa hujan semalam belum hilang. Banjir. Dan jalan tidak bisa dilewati, akhirnya akupun segera memutar arah. Mencari jalan yang tidak terkena banjir. Tapi memang lagi kurang beruntung, semua jalan yang kutemui buntu oleh banjir. Serasa berjuang mendapatkan kekasih, perjalanan mencari jalan tembus kulewati dengan menguras emosi, karena tidak juga mendapatkan jalan.
Setelah hampir sejam, akhirnya aku mendapatkan jalan tembus, tapi harus dengan menepuk dahi, karena ternyata jalan yang kulalui sama saja dengan jalan pulang. Dan yang bikin miris, indicator bahan bakar yang ada menunjukan lima puluh persen telah berkurang. Whaat? Belum sampai sudah mau habis ini bahan bakar. Karena terburu, akupun melaju secepatnya menuju Surabaya.
Hampir sampai di hotel yang dituju, indicator menunjukan menunjukan limit terbawah. Sedang SPBU terdekat sudah terlewat. "Bisa-bisa nuntun nich," batinku.  Dada kurasa nyaplong, saat aku sudah masuk tempat parkir hotel. Akupun bergegas menuju ruang registrasi dan mengikuti pelatihan meskipun telat beberapa  jam.
Pelatihan berjalan dengan santai sampai sore hari. Â Kebetulan aku mendapatkan teman satu kamar dari Jakarta. Â Randy namanya. Setelah berkenalan, akhirnya kami berbincang ringan, termasuk perjalanan ku menuju hotel.Â
Dia pun tertawa kecil, menertawakan perjuanganku. Akupun ikut tertawa, karena rasanya aku memang konyol, kenapa tidak mau ikuti berita yang sebenarnya susaha ku dengar sejak malam sebelum keberangkatan.
Langit terlihat masih gelap meski jam sudah menunjukan pukul enam pagi. Setelah berdandan sekedarnya, motor segera kunyalakan dan kupacu. Motor kesayangan yang kubawa dari kampung halaman, teman sejati kemanapun aku pergi. Bahan bakar terlihat full saat kulirik indakator bahan bakar. Sejam lagi harus sampai Surabaya untuk menghadiri sebuah pelatihan.Â
Ketika sampai di perbatasan kota, tampak kendaran seperti ular. Memanjang seperti mengantri. Dan ach, ternyata yang kukhawatirkan terjadi. Sisa hujan semalam belum hilang. Banjir. Dan jalan tidak bisa dilewati, akhirnya akupun segera memutar arah. Mencari jalan yang tidak terkena banjir.Â
Tapi memang lagi kurang beruntung, semua jalan yang kutemui buntu oleh banjir. Serasa berjuang mendapatkan kekasih, perjalanan mencari jalan tembus kulewati dengan menguras emosi, karena tidak juga mendapatkan jalan.