Mohon tunggu...
Kens Hady
Kens Hady Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang yang biasa, yang kadang suka menulis

Black Dew

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Memburu Kepuasan Jiwa di 4 Destinasi Keren di Slemen

28 Oktober 2017   06:24 Diperbarui: 28 Oktober 2017   08:19 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perjalanan Menuju Lokasi (Dokument pribadi)

Dari tebing Breksi, kami menuju ke Selo Langit. Yang  ada di kepala ini, tentu tempatnya sangat tinggi karena ada kata=kata langit. Tentu akan menakjubkan melihat bumi prambanan dari ketinggian. Dan benar saja, setelah melewati jalanan yang sudah mulus.. kami sampai di sebuah tempat yang ekstrim. Jeep yang kami tumpangi, laksana sedang mendaki di jalanan yang masih berupa tanah. Guncangan badan rasanya seperti sebuah sensasi petualangan seperti di film-film.  Tidak lama, Jeep sudah sampai di tempat datar. Kami turun. Aroma ketinggian langsung terasa.  Segera saja aku melangkah cepat mengikuti rombongan yang sudah ada di depan. Dan..

dari atas Watu Payung
dari atas Watu Payung
Bersama Pak Bupati (Dokumen Pribaadi)
Bersama Pak Bupati (Dokumen Pribaadi)
Lagi lagi aku harus bilang keren. Subhanallah. akan indahnya keindahan ciptaan yang Kuasa. Pak Camat dan mas-mas salah satu Guide tampak memberikan keterangan tentang Selo Langit ini.  Dikatakan salah satunya bahwa dulu saat ada perjanjian Linggarjati, dengan Belanda. pemisahan Yogyakarta dengan Surakarta berdasarkan tingginya  suatu daerah.  Sehingga saat melihat  pemdangan dari watu payung Selo Langit ini, Bisa jadi yang terlihat bukan milih suatu daeah karena yang tampak memang pegunungan dengan tinggi rendah yang berbeda.

rasanya tidak akan bosan bila harus melihat view yang keren bin kece ini.

Bukit Teletubies.

Sekitar setengah jam di Watu Payung Selo Langit,  rombongan segera berangkat kembali. Kali ini menuju Bukit Teletubies. Rasanya sebenarnya sangat aneh bagi telingaku. Mengapa namanya tidak mengambil lokal saja. Yang lebih mencerminkan budaya Sleman. Saat ku tanyakan pada Pak Camat Prambanan, ternyata ada alasan khusus mengapa dinamakan Bukit Teletubies. Ternyata nama ini tidak lepas dari peristiwa Gempa Jogja dulu. Gempa besar yang menimbulkan banyak kerugian. Harta juga jiwa. 

Pak Camat (Dokument Pribadi)
Pak Camat (Dokument Pribadi)
Saat gempa dulu, masyarakat sekitar kehilangan tempat-tinggal dan harus menghuni rumah pengungsian.  Dan rumah pengungsian yang aman dari bencana gempa adalah rumah yang berbentuk Doom.  Seperti kita ketahui, rumah doom itu identik dengan Teletubies. Karena itu lah bukit tersebut dinamakan Bukit Teletubies. Seperti ruhnnya, Teletubies, bukit ini dibuat dengan warna -warni. Apa yang menarik? Dari bukit inilah kita bisa melihat rumah doom dari ketinggian.  

Bukit Klumprit

Setelah beberapa sasat di bukit Teletubies, rombongan istirahat sebentar untuk sholat ashar. Kemudian di lanjutkan menuju Bukit yang dikatakan sebagai tempat paling eksotik. karena di situ kita bisa melihat sunset yang menakjubkan. Beruntung hari tidak hujan, meskipun ada sedikit mendung yang menggelantung. Tetapi besar kemungkinan kami akan mendapatkan yang kami cari. Senja di Bukit Klumprit.

Jeep pun melaju lebih kencang. Tak lupa aku membuka  makanan kecil yang disiapkan oleh panitia. Dan saat kubuka, aku jadi bertanya-tanya. Inikah makanan khas yang disampaikan Pak Camat di awal perjalanan. Burkong, Bubur Singkong. Kuliner yang menjadi andalan di destinasi ini. Akupun mencicipinya, Yummy.. bener bener yummy... yang terasa saat itu adalah rasa keju.

Burkong (Dokpribadi)
Burkong (Dokpribadi)
 Sampai di tengah perjalanan, tiba-tiba rute jeep berbelok ke jalanan yang masih berupa tanah dan batu. Tetapi tidak jauh. Jeep tidak bisa maju. Karena tidak ada akses jalan untuk kendaraan.  saat ku tanya pada driver, dikatakan bahwa ini jampir sampai ke bukit klumprit. Dan.. ternyata Bukit Klumprit itu merupakan bukit yang masih perawan. Bukit yang belum tersentuh fasilitas apapun.  Dan untuk sampai ke sana mesti jalan kaki. Sebuah tantangan. Tantangan  yang tentus saja menarik. karena sepanjang jalan menuju ke sana,  tidak membosankan. Hamparan tanaman nan hijau dipadu dengan panorama nun jauh di sana menambah semangat.

Tracking 1
Tracking 1
Tracking2
Tracking2
Akhirnya setelah beberapa waktu kami seperti long march, sampailah kami  di tujuan. Bukit Klumprit, dipenuhi oleh bebatuan besar yang melebar. Sebagian seperti piring terbang.  Dari situ kami bisa melihat view yang benar-benar memuaskan jiwa kami. Perjalanan yang menguras tenaga, terbayarkan dengan bukit nan cantik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun