Mohon tunggu...
Kens Hady
Kens Hady Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang yang biasa, yang kadang suka menulis

Black Dew

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Cellis Er, Pemanggil Hujan

11 Juli 2016   16:59 Diperbarui: 11 Juli 2016   18:29 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. Domesia Novi

Hening..

“Pergilah kalian ke gunung di utara” sebuah suara menyusup ke telinga mereka.Orang orang tersenyum saat suara itu datang. Segera saja mereka belik ke desa mengambil keluarga dan sedikit bekal.

Awan semakin hitam pekat. Hujanpun turun. Hujan yang tidak seperti biasanya. Hujan yang airnya hitam pekat. Orang orang di desa panik. Saat air telah sampai lutut, mereka keluar dan menuju balai desa. Wajah wajah takut berkumpul menjadi satu. Termasuk sang komandan dan kepala desa.

“Ada apa ini? Bagaimana kita hentikan hujan ini? Apalagi hujan seperti ini. Hanya Er yang bisa. Tapi sudah mati.” Batin dari sebagian orang.

BLARRR !

Petir keras menghantam menara di tempat peribadatan desa. Lamat lamat terdengar suara cello di antara hujan air hitam. Semakin lama semakin keras. Para penduduk desa gembira

"Er, selamatkan kami.... tolong kami...!" permohonan spontan terlontar dari beberapa penduduk desa.

Suara cello semakin keras dan semakin keras lagi dengan tempo semakin cepat, dan semakin cepat pula hujan air hitam. Air meninggi hingga ke leher. Tidak ada tempat lagi untuk berlari.

Ditatapan terakhir mereka sebelum tenggelam. Tampak Er di gumpalan awan hitam. Menatap dingin.

****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun