"Sombong? hahaha, Tidak! itulah yang Tuhanmu berikan padaku. Surga dan neraka bahkan pernah kucicipi semua. jadi aku tau, akan kemana dirimu setelah ku cabik dengan belati ini! Apakah engkau tidak khawatir istrimu yang cantik juga anak anakmu nanti? Karena setelah engkau pergi, aku akan menggantikanmu tetapi bukan sorban yang selama ini engkau kenakan. tetapi dengan tanduk tanduk gemerlap bagai emas."
Sekelebat wajah Mustika dan anak-anakku menghampiri. "tidak, mereka tidak boleh terperdaya dengan makhluk di depanku ini. Bagaimanapun aku harus tetap hidup untuk mereka"
"Jangan kau ganggu mereka! Cukup antara kita berdua!"
'Ha ha. kau tidak punya pilihan, Ku rajam engkau sampai menghitam. Tak perduli apakah engkau percaya atau tidak akan kehidupan setelah mati. Tapi yang pasti aku akan datangi istrimu. Dan dia akan melahirkan anak anak sepertiku!'
Aku tercenung. Tidak, itu tidak boleh terjadi, bagaimanapun dia tidak boleh mengganggu keluargaku. Apakah aku harus berdamai dengan dirinya?
"Kecuali engkau mau berdamai denganku" katanya seakan tahu suara di dadaku.
"Berdamai bagaimana?" tanyaku
"Aku tidak minta apa-apa? Tapi turuti saja suara suara yang nanti engkau dengar saat bersama mereka."
"Baik, itu memang sudah kewajibanku membahagiakan keluargaku"
"Hahahaha.." Wajah retak itu mundur kebelakang. Sambil tertawa menghilang ke balik tembok.
***