Mohon tunggu...
Kens Hady
Kens Hady Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang yang biasa, yang kadang suka menulis

Black Dew

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Fakta Kontroversial Pertandingan Mayweather dan Manny Pacquiou

3 Mei 2015   13:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:25 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saudara menyaksikan pertandingan tinju yang dikatakan pertandingan terbesar abad ini? Kalau sudah apa pendapat saudara? Kalau saya Cuma mringis pahit saja. Dengan dikabarkannnya pertandingan ini, masyarakat duniapun benar benar seakan terhipnotis. Itu terlihat ketika pembukaan penjualan tiket secara online, dalam waktu kurang dua menit sudah habis terjual. Padahal tempat duduk paling belakang saja harganya jutaan rupiah. Benar benar antusias yang sangat tinggi. Dan ketika acara dimulai, terlihat di tempat berlangsungnya pertandingan, banyak kendaraan mewah yang parkir. Jangan saudara bayangkan mobil BMW atau sejenisnya? Karena bayangan saudara salah, yang parkir di sana kebanyakan jet jet pribadi. Ini memperlihatkan bahwa ini adalah pertandingan yang benar benar dinanti karena dalam iklannya, ini adalah pertandingan terbesar abad ini.

Ketika pertandingan akan mulai, saya yang biasanya tidak begitu suka dengan acara tinju pasca berakhirnya era Mike Tyson pun ingin sekali melihat. Dan saya luangkan waktu untuk menonton. Bahkan saya sempat sebel melihat iklan di TV gara gara iklannya sampai melebih waktu jeda pergantian ronde. Dari yang saya lihat, saya rasa semua yang melihat pertandingan tersebut sama sama setuju bahwa Manny Pacquiao, sangat dominan. Dia selalu melancarkan serangan ke arah lawan. Sedang Floyd MayWeather? Hanya menutupi wajah dan berlari.Dalam 12 ronde yang berjalan, sebenarnya terasa sangat membosankan, karena, Floyd, yang katanyajuara bertahan, lebih banyak menutup wajah dan bergerak mundur menjauhi lawan. dalam kepala saya, orang yang rela menghamburkan puluhan atau ratusan juta demi mendapat kursi menyaksikan pertandingan itu pasti akan sangat menyesal. Pertandingan yang katanya terbesar abad ini, nyatanya seperti bukan pertandingan saja. Lha wong, katanya tanding kok malah “kejar kejaran” saja.

Dan ketika selesai dua belas ronde, akhirnya juri memutuskan kemenangan untuk Floyd. Otak saya pun berontak. Tapi saja cuma bisa memendam di hati la wong siapa sih saya. Kemudian saya menunggu bagaimana komentar para komentator di televisi. Ada dua orang yang saya lupa namanya. Salah satunya menyebut bahwa kalau menurut dirinya, harusnya Pacman lah yang menang. Dalam dua belas ronde, 5 ronde milik Pacman, 4 ronde milik Floyd, selebihnya draw. Kemudian komentartor satunya mengatakan bahwa secara kualitas, pertandingan terbesar abad iniyang sudah terjadi, ternyata berkualitas rendah. Ahh, berarti bukan saya saja yang “protes” akan keputusan juri di Las Vegas sana. Dalam bincang bincang di TV ONe tersebut, juga dikatakan, bahwa wakil ketua DPRD, Pratikno, ternyata juga “protes”. Dengan mengatakan bahwa itu (pertandingan tinjunya) adalah sabun. Sabun? Saya nggak faham bahasa itu, tapi kalau feeling saya itu istilah yang menunjukan bahwa pertandingan itu benar benar tidak fair.

Dan saya pun langsung membuka berita di internet, ternyata memang banyak juga yang sudah berkomentar yang isinya sama dengan yang saya pikirkan. Sebenarnya apa yang terjadi? Bagaimana bisa itu terjadi? Yahh, sudah banyak yang mahfum, bahwa dalam sebuah pertandingan olahraga, apalagi yang besar, selalu ada banyak kepentingan. Bisa bisnis, popularitas ataupun lainnya. Jadi tidak benar benar fair, olahraga is olahraga.Ada yang dengan pengaturan score, atau dengan rayuan untuk mengalah ataupun ancaman.

Di lain pihak, pendukng Floyd, tentu akan memuji. Seperti trade mark nya Floyd, yang tinjunya cenderung menghindar dan berlari. Kalau dalam bahasa lainnya, footwork nya bagus. Ahaa..kalau gitu suruh aja semua orang bermain bagus di footwork, alias lari lari terus.. hehehe.. (terus kapan mainnya?? ). Dikatakan juga julukan bagi Floyd adalah prettyboy?Saya hanya tepok kepala saya, dan bertanya dalam hati, cantiknya di mana? Lari larinya? Beda banget dengan Manny Pacman, dia terlihat lincah. Soal footwork, saya rasa justru dia yang lebih indah.

Ada yang bilang Floyd, sudah bagus karena dia mainnya pakai “perasaan”. Ketika bisa menyerang Manny sekali, dia tidak meneruskan itu menunjukan bahwa sisi kemuliaan dia sebagai petarung. Saya pribadi tidak sepakat, dari yang saya lihat, bukannya Floyd tidak mau menyerang, tapi karena dia tidak bisa. Dia lebih takut mendapat serangan. Karena itu dia lebih banyak menutup wajah dan berlari menghindar. Dan setiap petinju tentu sudah faham bahwa dalam olahraga tinju ada resiko yang ditanggung yaitu ada bagian tubuh yang berpotensi cidera. Kalau ada yang berpendapat bahwa Mayweather adalah petarung sejati karena tidak mau menyerang lawan.. Dalam kepala saya belum bisa masuk ke akal. Tinju sebagai olahraga beladiri,  tentu saja semua diajarkan untuk menyerang dan membela diri dari serangan. Ketika diadu, (dalam hal ini diadu secara legal, bukan adu secara liar) wajiblah kedua petinju menunjukan kemampuannya. Jadi ketika ada yang bilang, Floyd Mayweather menang dengan membanggakan, saya hanya elus kepala saya. Kalau saya jadi Mayweather, lebih baik saya lari pulang karena malu.

Dari pola pikir yang amburadul ini, saya jadi kepikiran, pasti ada something dibalik terjadinya ini. Dan saya menemukan fakta yang aneh.

1.Ketika pertandingan hampir selesai, Floyd seperti mengejek Pacman, dengan memukul mukul kedua tangannya, seakan menganggap remeh sang lawan. Padahal jelas selama pertandingan, dialah yang banyak berlari kayak ayam ketakutan kena labrak lawannya.

2.Ketika ronde dua belas berakhir, Floyd langsung mengangkat tangan, seolah dirinya sudah menang, padahal juri belum memutuskan. Dia lalu beberapa kali, naik ke atas di sudut ring. Maksud hati ingin menunjukan bahwa dirinya sang pemenang. Tapi sayang, penonton kebanyakan berteriak, “Boooo” kalau bahasa kita mungkin, “ Huuuuuu”

3.Score yang diberikan oleh tiga juri, sangat telak antara Mayweather dan Manny Pacman Yaitu 118-110 :116-112 : 116-12. Orang yang melihat pertandingan, bisa melihat sangat jelas, mana yang dominan dan mana yang tidak “berkontribusi” dalam pertandingan. Dari angka tersebut seakan pahlawan tinju dari Filipina itu seakan tidak ada perlawanan yang berarti padahal jelas di pertandingan, Mayweather lah yang selalu terdesak

4.Ternyata pertandingan ini, dipromotori…(apa ya istilahnya, karena tadi saya tidak cukup jelas mendengar istilah yang disampaikan komentator di TV One) oleh Floyd, artinya bahwa pertandingan ini sebenarnya inisiatif Floyd sendiri. Hal ini bisa jadi untuk memuluskan rekor pencapaian Floyd bahwa dia tidak terkalahkan. Dan setelah ini dia akan melakukan satu pertandingan lagi yang terakhir. Apa yang bisa dibaca? Kalau saya, seperti mendengar bahwa ini adalah cara untuk memuluskan Floyd bisa “dinobatkan” legenda yang tidak terkalahkan. Makanya dia “harus” menang.

5.Juara pertandingan ini, mendapat sabuk kejuaran yang fantastis. Di situ ada gambar dua tokoh legenda tindu. Semua serba fantastis dari segi materi. Dan soal materi, jelas Floyd tidak jadi masalah. Apalagi dengan promo pertandingan terbesar abad ini, jelas sudah menangguk untung berapa juta dollar. lalu apa yang dicari selain limpahan materi? Jawabnya adalah gengsi dan nama yang melegenda.

Bagaimana dengan saudara? Salam Tinju!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun