Juga, gelar santri post-islamisme dan label mendadak ulama yang sangat menggelikan. Pernah pula takabur merasa lebih hebat dari Nabi Yusuf terkait dengan penyelesaian persoalan pangan.
Lain daripada itu, terdapat orang yang sangat tidak respek dengan kegemaran Sandi mengeksploitasi penderitaan masyarakat. Ada Pak Nadjib, Ibu Lies, Ibu Narti, dan lainnya. Â Belum lagi faktor pendukung Cawapres 02 ini. Ada emak-emak Pepes penyebar fitnah, ada ratu hoaks, ada pula pelaku ujaran kebencian.
Sandi pun sangat lekat dengan wudhu pakai kobokan, tidur saat ustadz berdoa, bercelana pendek saat takziah, rambut pete, dan joget bangau. Narasi tempe setipis ATM, infrastruktur tanpa utang, mau legalkan cantrang, Rp100 ribu cuma dapat cabai, nasi ayam lebih murah di Singapura, label sebagai anak mami.
Kegagalan OKE-OCE di Jakarta yang mau ditransformasi sebagai OKE-OCE Nasional (OON) membuat banyak orang terbahak-bahak mendengarnya. Yang tambah mengernyitkan dahi, mengajak orang berwirausaha, tapi perusahaan Sandi kini rugi Rp6 triliun.
Segenap variabel tersebut bereaksi negatif kepada Sandi maupun Paslon 02. Dibuktikan dengan kenyataan teman SMA Sandi malah mendukung Jokowi atau keluarga Uno yang justru mendukung Capres 01.
Pada sisi yang lain, terdapat begitu banyak cerita penolakan kampanye Sandiaga di sejumlah tempat. Sandi ditolak masyarakat Tabanan, ditolak masyarakat Banyuwangi, ditolak warga Labuhanbatu, ditolak warga Wonogiri, ditolak warga Sampang, dan lainnya.
Inilah konklusi sederhana tentang Sandi selama kampanye ini. Beberapa hari menjelang pemungutan suara, masyarakat tentu punya penilaian siapa yang akan dipilih. Apakah mau memilih paslon umaro-ulama atau calon memble yang berlumur 'dosa' seperti dikompilasi secara rinci di atas.