Pada sesi kampanye terbuka Capres 02 Prabowo Subianto di Manado, akhir pekan lalu, berkibarlah bendera atau panji yang diduga berafiliasi dengan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Kabar dan postingan tersebut begitu menyita perhatian publik.
Seketika, Prabowo dan Paslon 02 kembali dikaitkan dengan gerakan terlarang tersebut. Apakah Paslon 02 ditunggangi HTI, atau sebaliknya HTI ditunggangi Paslon 02, atau justru simbiosis mutualisme?
Sebelum menjawab perkara tersebut, ada baiknya kita simak tiga peristiwa terkait lainnya. Pertama, dua purnawirawan jenderal bersuara keras soal gangguan ideologi. Yakni, Luhut Pandjaitan yang mengatakan ada gerakan ingin mengganti ideologi Pancasila dan Hendropriyono yang menjelaskan bahwa Pemilu 2019 merupakan pertarungan ideologi Pancasila dan khilafah.
Kedua, pernyataan Jubir BPN Prabowo-Sandi Dian Fatwa tentang HTI yang telah dibubarkan pemerintah Presiden Jokowi kemungkinan akan dilegalkan kembali jika mengakui Pancasila. Ungkapan ini setidaknya meneguhkan posisi kubu 02 yang lebih ramah pada HTI.
Ketiga, rasanya perlu juga diingat kampanye Prabowo di Cianjur pada pertengahan bulan Maret yang dikaitkan dengan eks donatur ISIS. Saat itu, Prabowo, sebagaimana diakui oleh timses 02, memang memanfaatkan mobil milik Chep Hernawan yang pernah diperiksa polisi terkait pemberangkatan orang ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS.
***
Prabowo sedang butuh suara, itu jelas. HTI sedang butuh eksis, itu juga jelas. Dua perkara tersebut membuat analisis orang mengarah pada simbiosis mutualisme antara Paslon 02 dan gerakan terlarang yang kerap diidentikkan dengan tendensi radikal.
Bahwa Prabowo selama 9 bulan berada di rahim seorang ibu yang kristiani, sebagaimana ia sampaikan dalam kampanye di kampung halamannya, Manado, sehingga mustahil baginya mendukung gerakan radikal, itu boleh jadi masuk akal.
Namun Pilpres adalah soal menang dan kalah. Pilpres adalah adu suara terbanyak. Dengan demikian, orang juga tidak keliru apabila menilai Prabowo yang hatinya nasionalis tapi menang Pilpres adalah yang utama. Toh, pedih rasanya sudah 2 kali kalah berturut-turut.
Karena pedih teramat sangat itu pula dan lantaran inilah Pilpres ketiga yang Prabowo ikuti, maka menjadi wajar keyakinan banyak orang, bahwa Paslon 02 akan mengeluarkan segala jurus untuk memaksimalkan dukungan, termasuk menikmati dukungan dari kelompok Islam kanan, betapa pun hatinya mungkin saja tidak sreg dengan ide khilafah.