Mohon tunggu...
Ken Satryowibowo
Ken Satryowibowo Mohon Tunggu... Freelancer - Covid Bukan Canda

Pencari pola. Penyuka sepak bola.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Jokowi & Senyum Ibu-ibu di Pasar Anyar

5 November 2018   23:42 Diperbarui: 28 Januari 2019   01:10 1369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Kompas.com/Fabian Januarius Kuwado

Kemarin, Presiden Jokowi kembali bikin heboh. Seantero jagat maya. Apa pasal? Presiden ke pasar. Ya, Pasar Anyar, Tanggerang, Banten. Penampilannya stylish, gaul. Dengan bercelana jeans, ia naik motor. Mereknya Kawasaki W175. Berkelir hijau. Kontras dengan jaketnya yang bercorak merah. Tak pelak, aksinya bikin netizen histeris.

Tentu, ini bukan kali pertama Jokowi blusukan ke pasar. Bukan pula aksi perdana RI-1 naik motor gaul.  Tapi itulah Jokowi. Warganet selalu dahaga pada setiap aksinya. Ulasan soal motor modifikasi, jaket, hingga lampu motor banjir di lini masa. Karakternya yang milenial, gaul, dan trend setter ramai disampaikan dalam rupa-rupa video pendek.

Kecuali kesan milenial dan modis yang laris-manis itu, terdapat sisi lain dari kunjungan blusukan kali ini yang lebih prinsip. Mengenai pengendalian harga-harga kebutuhan pokok. Jokowi seperti ingin hadir bersama senyum ibu-ibu yang tengah berbalanja. Ia juga ingin hadir bersama para pedagang kebutuhan sehari-hari. Dengan harga terjangkau, konsumen dan pedagang sama-sama senang.

Kata inflasi barangkali awam di telinga sebagian orang di Pasar Anyar. Kata ini lazim dalam diskusi soal makroekonomi. Tapi itulah yang tengah dibicarakan Jokowi di pasar tersebut. Lewat dialog yang sederhana. Lewat perbincangan tentang harga petai, cabai, hingga tempe. Dalam percakapan makroekonomi, jika seluruh barang harganya naik serentak, maka hal itu disebut inflasi. Jika sebaliknya, disebut deflasi.

Di Pasar Anyar, Jokowi seperti ingin bercerita betapa inflasi yang benar-benar terkendali. Menurut data BPS, pada periode Januari hingga Oktober 2018, inflasi tercatat 2,22% (year to date/ytd). Sementara, inflasi tahunan Oktober 2018 sebesar 3,16% (year on year/yoy). Pencapaian ini relatif baik dibanding negara lain yang satu kelompok dengan Indonesia. 

Meskipun demikian, Presiden mengakui, pengendalian inflasi bukanlah kerja dia seorang diri. Melainkan kerja bersama seluruh negeri. Maka, harga-harga yang terjangkau di pasar itu, adalah hasil kerja semua pihak. Inflasi terkendali itu milik masyarakat. Bukan punya Jokowi. 

Sebagai kepala pemerintah, Presiden memiliki kebijakan untuk mengendalikan harga-harga. Sebagai Kepala Negara, Presiden berbicara soal daya beli harus tetap terjaga. "Beberapa harga komoditas tercatat stabil. Beberapa bahkan mengalami penurunan. Banyak yang turun, satu dua naik, fluktuatif biasa," begitu kata Jokowi.

Jokowi jelas bukan figur sempurna. Sama sekali bukan. Setiap saat ia panen hujatan. Terutama di medsos. Isu-isu ekonomi langganan jadi amunisi. Akan tetapi, di Pasar Anyar itu, Jokowi serasa ingin menjelaskan makna terdalam dari kebijakan pengendalian inflasi, sembari menyapa hangat ibu-ibu yang tengah tersenyum sambil berbelanja. Eh, belanja sembari tersenyum......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun