Mohon tunggu...
Asa Pradikta
Asa Pradikta Mohon Tunggu... -

hidup bukan sekedar pilihan,\r\nbukan sekedar panggung sandiwara,bukan hanya perjuangan, bukan tentang cinta bukan tentang apa pun...\r\nhidup adalah perjalanan spritual mencari arti kematian.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sewindu Sejak Kepergianmu

7 September 2012   17:53 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:47 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Malam ini , ku peringati tepat sewindu setelah kepergian mu, ku adakan pesta duka, ku undang luka yang ingin meradang, ku ajak sesal yang selalu terlambat pulang.
ku susuri jejak2 malam ini, serentang jarak yang dulu, antara aku dan kamu, mungkin saja ada sisa-sisa kenangan yang kau buang di jalan.
lampu-lampu ku matikan, lilin-lilin gegas ku nyalakan, api nya bewarna gelap benderang, lalu aku memejamkan mata, tapi aku masih bisa melihat mu ada di mana-mana, di sudut kamar tamu, di bawah kursi kayu, di atas lemari baju , di remang-remang hati ku yang kelabu.
kemudian hening, rupa nya acara akan segera di mulai, bertindak sebagai pemimpin acara adalah rindu yang menggebu, mulut nya komat-kamit membaca syair-syair tentang mu,
tApi aku lupa menutup pintu, angin dari tadi merasuk melulu, jadi gigil badan ku dan kelu lidah ku, hanyA sepercik isak sedih yang sayup-sayup aku dendangkan ,tentang mu yang tak lagi merasa hangat dalam dekapan.
"izinkan aku pergi?" begitu pinta mu waktu itu
"tiba-tiba aku enggAn mengumbar rindu dengan mu" lanjut mu sambil berlalu.
Rupa nya bara cinta kita mulai meredup, mungkin karna diam ku yang membuat nya gugup atau karn gelisah mu yang membuat nya lagi tak sanggup, entahlah yang aku tau kamu berlalu begitu cepat, secepat aku mulai mencintai mu dulu.
sejak saat itu aku mulai akrab dengan malam
maka nya hati ku jadi hitam kelam
"tapi cuman kamu yang bisa membuat ku mengerti akan arti sepi" balas ku tak mau kalah
"maaf, aku tak mungkin lagi kembali" begitu pesan mu dalam mimpi ku tadi malam.
kini ku harus apa kan bayang mu ini?
ku lupakan?
atau membiarkan tetap tinggal?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun