Mohon tunggu...
Stopanarkis
Stopanarkis Mohon Tunggu... -

Pegawai Swasta di Jakarta yang bercita cita menjadi guru di negara tercinta ini

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tribute for Mahfud MD - Pearl of The Nation

1 Juni 2014   21:09 Diperbarui: 16 Desember 2015   04:30 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

“We cannot choose who offends us, but we can choose how to respond when we are offended.”

― Moffat Machingura, How I Kissed Heartbreak Goodbye

Penggalan quotes diatas, saya ambil untuk menggambarkan Pak Mahfud. Saya tidak kenal Pak Mahfud secara pribadi karena saya cuma follow twitternya. Sebagai seorang pakar hukum yang obyektif, karirnya yang berkilau di Mahkamah Konstitusi (dibandingkan penggantinya si akil yang sekarang tersangka korupsi) membuat saya menghormati dan mengagumi beliau. Bulan April lalu, sebelum beliau memutuskan untuk membela Capres Prabowo, saya sempat men-twit beliau bahwa sebagai "Mutiara Bangsa" saya sangat berharap beliau masih tetap berjuang untuk bangsa ini, apakah twit tersebut dibaca atau tidak, saya tidak peduli.

Ketika pada akhirnya beliau memutuskan untuk menjadi ketua tim sukses Prabowo-Hatta, ada kekecewaan dan kegalauan luar biasa yang timbul pada diri saya, berhari-hari saya menimbang untuk memutuskan unfollow his twit. Mungkin kalau boleh dibilang, kegalauan saya lebih lama daripada Pak Mahfud sendiri yang galau 3 hari 3 malam untuk memutuskan pilihannya, meskipun saya tidak pakai nangis. Kemarin ketika hendak memposting opini di Kompasiana tentang debat pendukung JKW-Prabowo dari Mata Najwa 28 Mei 2014, saya sadar bahwa opini saya tentang Pak Mahfud tidak boleh terjebak dengan keinginan saya untuk melampiaskan kekecewaan pada beliau, syukurlah opini saya masih "kalem" dan meskipun menghakimi tetapi tidak "terlalu dalam".

Malam setelah postingan tersebut dipublish, saya berpikir tentang keputusan beliau dengan "ajeg" dan tiba-tiba tadi siang "cling", saya berhasil memahami beliau dan seketika saya buka komputer dan masuk kompasiana untuk membagi pemahaman saya ini, lepas dari tidak ada yang membaca, ada yang membaca dan suka atau membaca tapi tidak suka.

Pak Mahfud adalah orang yang lahir di Sampang, Madura. Bagi saya yang kelahiran Surabaya, kepribadian orang Madura tidaklah asing. Orang Madura memiliki prinsip untuk menjunjung tinggi martabat, selain kejujuran dan ketegasan dalam berpendapat. Masalah martabat merupakan masalah penting di Madura, namun saya merasa tidak penting untuk menjelaskannya karena bisa bias dalam pemahamannya, pokoknya jangan sekali-kali menyinggung harga diri orang Madura, yang lain boleh asal tidak yang satu ini. Jadi saya bisa membayangkan betapa kecewanya Pak Mahfud ketika beliau diposisikan seperti seseorang yang tidak memiliki nilai plus dari partainya PKB yang dipimpin Cak Imin yang berasal dari Jombang.

Sekilas pemahaman tentang karakteristik kepribadian penduduk Jawa Timur, sebenarnya Jawa timur dibagi menjadi dua golongan kepribadian yang kontras, yakni daerah Utara-Timur (P. Madura, Pasuruan, Probolinggo dan Situbondo), yang berkepribadian Madura (tegas tanpa tedeng aling-aling) dan daerah Barat-Selatan (Tuban, Jombang, Malang, Kediri, Blitar dan Madiun) yang berkepribadian Mataram (diplomatis dalam segala sikon). Karena itulah pertandingan sepakbola antara Persebaya (Utara-Timur) dan Arema (Barat-Selatan) akan selalu dijaga ketat oleh polisi supaya tidak timbul gesekan antara supporter.

Balik ke penjelasan tentang kekecewaan Pak Mahfud, menurut saya beliau cukup sabar untuk tidak meluapkan kekecewaannya secara anarkis dan frontal, malah keputusannya untuk menjadi ketua timses Prabowo-Hatta merupakan keputusan yang (sekali lagi menurut saya) sangat elegan. Beliau menunjukkan kekecewaannya dengan berpihak pada kubu yang berseberangan dengan Cak Imin, disitu beliau akan berjuang untuk menunjukkan nilai dari seorang Mahfud dan bertarung dengan dignity hingga akhir pertandingan. Nilai luar biasa dari seorang Mahfud adalah opininya agar kita memilih capres terbaik, lepas dari prasangka, black campaign, dan saling serang brutal yang dimuat di koran online sindo (m.koran-sindo.com/node/390718).

Kekecewaan saya sirna dan kekaguman mulai meningkat. Hari ini, sebelum memposting tulisan ini, saya mentwit beliau lagi dan berkata bahwa saya akan tetap follow twit beliau, meskipun kita berseberangan pihak dan beliau tetap "Mutiara Bangsa" kita sampai kapanpun. Saya relakan beliau bekerja dan berusaha di tim Prabowo-Hatta.

Selamat bertugas sebagai ketua timses Pak Mahfud, doaku agar selalu dikaruniai kesehatan yang prima untuk tetap bekerja.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun